Pages

December 30, 2009

Gugur Bunga

Betapa hatiku takkan pilu
telah gugur pahlawanku
Betapa hatiku tak akan sedih
hamba ditingggal sendiri

Siapakah kini pelipur lara
nan setia? nan perwira?
Siapakah kini pahlawan hati
pembela bangsa sejati

Telah gugur pahlawanku
tunai sudah janji bakti
gugur satu tumbuh seribu
Tanah air jaya sakti



Tidak bermaksud melankolis, tapi saat menulis lirik lagu ini hati saya terasa nelongso. Sedih dan hampa. Bukan tanpa sebab, hari ini 30 Desember 2009 tepat pukul 18.45 Indonesia kehilangan salah satu putra terbaik bangsa, KH. Abdurrahman Wahid atau yang lebih dikenal sebagai Gus Dur.
Saya mulai mengenal sosok Gus Dur semenjak beliau menjabat sebagai presiden republik ini beberapa tahun lalu. Masih lekat di ingatan saya saat saya dan ayah sering dibuat tertawa tergelak saat mendengar Gus Dur melontarkan pernyataan-pernyataan politis yang terkesan 'sak enake dhewe' dengan tone suaranya yang acuh tak acuh. Tapi pernyataan-pernyataan beliau itulah yang menjadi bahan pancingan diskusi kecil-kecilan di keluarga. Saya dan ayah sama-sama berpendapat bahwa hal-hal konyol yang dikatakan Gus Dur adalah hasil dari cara pandang beliau yang telah lebih dulu berorientasi ke depan, yang untuk saat itu (dan kini saya rasa) masih belum dapat diterima oleh sebagian besar masyarakat Indonesia, yang notabene baru melek politik. pernyataan-pernyataan Gus Dur itu pula lah yang menyadarkan saya bahwa sebenarnya bangsa kita belum sepenuhnya siap untuk bentuk reformasi seperti ini. Secara fisik bebas merdeka, tapi pemikiran masih sama dengan saat bangsa ini terjajah. Mulut kita meneriakkan reformasi, tetapi mental kita belum siap untuk berubah, belum siap untuk menerima konsekuensi reformasi. Buat saya sosok Gus Dur adalah pejuang. Negarawan yang memperjuangkan kebebasan dan reformasi yang sesungguhnya.
Kini Gus Dur telah tiada, pulang menghadap Sang Khalik. Semoga segala amalnya diterima Allah SWT, dan kita yang ditinggalkan bisa mengingat semua yang telah ditanamkan oleh beliau dan menjadikannya tongkat penolong bagi kita untuk terus berjuang menjadi bangsa yang merdeka.

Gugur bungaku di taman bakti
di haribaan pertiwi
gugur bungaku melambangkan sari
tanah air jaya sakti
(Gugur Bunga - Ismail Marzuki)