Pages

November 30, 2008

What do i got all of these years?

Sebentar lagi bulan Nopember akan berakhir. Nopember yang sadar tidak sadar selalu saya tunggu kedatangannya. Bukan semata karena pada bulan ini saya berulang tahun, tapi karena pada bulan Nopemberlah biasanya saya memikirkan kembali apa yang telah saya lakukan dalam kurun waktu kehidupan saya. Dan di Nopember 2008 ini, saya menginjak usia 28 tahun. Humm..sudah lama juga ya saya menghirup nafas di dunia ini.

November 29, 2008

At The Coffee Shop With Friends


Kali ini saya sedang bersantai di sebuah kedai kopi favorit di salah satu pusat perbelanjaan daerah Bogor. Menunggu redanya hujan, yang sepertinya selalu datang silih berganti di kota ini. Tidak pernah bosan, bahkan untuk absen satu hari saja. Hmmm...sebenarnya ada payung tersimpan di dalam tas punggung saya yang super besar dan sedang padat isinya itu. Tapi selain payung, saya juga membawa beberapa hasil buruan yang saya dapatkan di Kober - Depok. Yup...komik!! Sengaja dalam perjalanan kali ini saya memilih ke Bogor dengan kereta api via Depok, supaya saya bisa mampir dan mengubek-ubek beberapa stand buku bekas yang ada disana demi mendapatkan komik-komik idaman. Alhasil, kali ini saya memilih duduk manis di sofa sambil membaca komik dan menyeruput caramel frappucinno. Haha..sore yang indah.
Ngomong-ngomong soal perburuan komik, saya memang senang sekali mengumpulkan komik-komik lama. Komik-komik yang menemani saya di masa kecil dulu. Komik-komik yang menjadi pelarian saat suntuk (duuhhh..anak kecil bisa suntuk juga ya ternyata?) serta menjadi pemacu semangat belajar saya. Saat itu jika nilai ulangan harian dalam seminggu bagus, saya akan mendapat bonus uang jajan tambahan untuk meminjam komik di toko buku langganan. Sekarang setelah saya memiliki uang sendiri, saya mulai mengumpulkan komik-komik yang pernah saya baca dahulu. Hitung-hitung nostalgia. Tapi selain masalah kenangan lama, dalam banyak komik yang saya baca beberapa diantaranya terselip pesan moral yang luar biasa, juga pengetahuan sejarah yang mendalam. Tengok saja Four Daughter of Armian karangan Il-Shook Shin. Cerita fiksi mengenai kehidupan putri-putri negara (fiktif) di Asia Minor yang berakar pada beberapa mitos Yunani ini juga mengetengahkan sejarah Persia dan Yunani, tak lupa diceritakan pula mengenai perang laut maha dashyat kala itu, Perang Laut Salamis. Hal serupa juga terdapat dalam Rose of Versailles dan Jendela Orpheus. Tanpa Jendela Orpheus, mungkin sampai kini saya tidak akan tahu tentang kisah harta peninggalan Tsar Nikolai Romanov yang kontroversial, tentang perjuang para Bolsheviks atau tentang dukun misterius Rasputin yang terkenal. Selain membantu saya mengingat peristiwa-peristiwa sejarah dunia, komik jugalah yang mengenalkan saya pada pemahaman hidup melalui pesan-pesan moral yang dikandungnya. Coba sesekali anda intip The Duck of Mr. Fredward atau mungkin Candy-Candy (yang mungkin sekilas terkesan cerita yang 'cewek' banget). Banyak sekali nilai-nilai kehidupan yang bisa dicerna, bahkan oleh pikiran yang begitu muda seperti para remaja. Saya lebih menyarankan komik-komik seperti ini untuk dibaca oleh generasi muda dibandingkan cerita-cerita dalam seri Harlequin ataupun Goosebump.
Komik-komik ini memang sangat mudah mencuri perhatian para kutu buku seperti saya. Tapi untuk mengumpulkannya itu lain cerita. Bermacam cara sudah saya coba untuk melengkapi koleksi komik-komik lama saya. Dari searching di google, menyambangi toko buku bekas di mal-mal, pesan pada pemilik toko buku, sampai mengubrak-abrik sendiri lapak-lapak buku bekas di kawasan Terminal Senen. Tapi yang terakhirlah yang membawa kepuasan tersendiri. Betapa tidak, walaupun harus bermandi keringat dan bersusah payah mengontrol keseimbangan di lorong-lorong super sempit dengan tumpukan buku setinggi atap rumah di kiri kanannya, harga buku di sini bisa mencapai lebih dari separuh harga komik yang dijual online oleh beberapa penjual. Selain itu pilihannya pun banyak. Dari yang kondisinya bulukan, kuning dengan stempel dan coretan dimana-mana, sampai yang masih mulus dan kaku tersampul plastik. Asal fisik anda kuat, hasil yang anda dapatkan akan sangat memuaskan. Terakhir kali saya berkunjung ke lapak di Terminal Senen minggu lalu, saya mendapatkan beberapa nomor awal Crystal Dragon, Jendela Orpheus dan Peppermint Age dalam kondisi yang excellent. Tersampul plastik, mulus dan tanpa coretan. Hanya saja, mengingat buku-buku ini sudah berusia minimal 7 tahun, wajar saja jika kertasnya sudah menguning.
Bagi anda yang juga berminat mengumpulkan kembali buku-buku lama via online, berikut beberapa tips yang bisa saya bagi:
  • Manfaatkan google, mesin pencari ini sangat sakti. dengan menggunakan beragam kombinasi kata kunci anda akan mendapatkan beberapa tempat yang menjual atau mungkin sekedar memberikan jejak keberadaan buku idaman anda. Nah, follow-uplah informasi yang anda dapatkan itu dengan bijak.
  • Pilihlah penjual online yang memiliki banyak tanggapan positif dari pembelinya. Kalau perlu hubungi si penjual secara langsung melalui telepon. Hindari penjual yang masih sepi, ini untuk menghindarkan anda dari penipuan.
  • Gali informasi detil atas buku yang akan anda beli secara online. Tanyakan pada penjualnya mengenai kondisi buku, apakah ada cacat, sobek, stempel bekas dan sebagainya. Minta juga beberapa foto yang up-close.
  • Buatlah janji bahwa barang dapat dikembalikan jika kondisinya tidak sesuai dengan yang dideskripsikan sebelumnya.
Bagi anda yang memilih untuk mencari sendiri buku-buku lama yang anda inginkan, khususnya di tempat-tepat khusus penjualan buku bekas seperti di Terminal Senen, JaCC, ataupun Kober-Depok mudah-mudahan informasi berikut dapat membantu:
  • Buatlah daftar buku (atau komik) yang masih harus dilengkapi. Ini menghindarkan anda dari pembelian ganda yang mubazir, kecuali anda memang sengaja mencari buku yang sama dengan tujuan memperbaiki kualitas koleksi anda.
  • Isi perut anda secukupnya. Aktivitas yang akan anda lakukan tergolong cukup berat. Jangan sampai penyakit maag mengunjungi anda saat sedang asyik memilah buku. Selain itu daerah yang anda kunjungi tidak hazard-free (hehe..berlebihan) imunitas yang rendah memudahkan anda terjangkit penyakit nantinya.
  • Bawa uang tunai secukupnya karena ATM jauh.
  • Kenakan pakaian yang nyaman dan tidak mencolok. Lupakan dulu rencana show off celana dalam berlabel calvin klein dengan mengenakan jeans hipster super ketat. Anda hanya akan menjadi bahan teriakan pria-pria bertampang sangar. Tak ada pria ganteng di sana. Selain itu daerah seperti itu rata-rata panas karena tidak ada AC. Namanya saja lapak-lapak.
  • Mind your belonging, termasuk plastik-plastik belanjaan anda yang lain. Kejahatan bisa terjadi bukan hanya karena niat, tapi juga karena ada kesempatan.
  • Buatlah rute pencarian yang teratur. Kecuali anda sudah hapal betul lokasi perburuan. Semua lapak terlihat serupa. Dengan keteraturan menghindarkan anda dari mengubrak-abrik tempat yang sama.
  • Telitilah semua buku yang anda peroleh. Pilihlah yang kualitasnya paling bagus. Jangan takut tidak akan mendapatkan yang lebih baik dari yang anda harapkan. Untuk buku-buku lama, bukalah buku, jangan sampai ada halaman yang terlepas dari jilidannya.

November 27, 2008





A Glimpse of Photography For Real Dummies Like Me

Pacar saya (humm..) punya 'mainan' baru. Sebuah kamera SLR yang sudah lama diidam-idamkan. Memang sudah lama dia tertarik pada kesenangan yang terbilang cukup mahal ini. Pada awalnya saya lumayan tidak setuju karena alasan klise, takut kedudukan saya 'tergeser' oleh barang baru. Haha.. Tapi itu tidak lantas membuat saya melarangnya kok. Who am I to say the do and the donts?
Kembali lagi pada si John-O, sang kamera baru, gagdet ini membuat kami berdua mendadak sibuk mempelajari berbagai macam tips dan trik fotography (khusus pemula). Maklumlah barang yang satu ini benar-benar sesuatu yang baru buat kami berdua. Memegangnya untuk pertama kali saja ya baru saat menemani pacar membelinya di toko khusus digital photography di bilangan Gunung Sahari. Dan saat itu pacar saya pun terlihat canggung dan malu-malu saat mencobanya di depan penjual. Hahaha..
But there will always be the first time for everything. Pada tanggal 23 Nopember yang lalu di arena Jazz Goes To Campuss 2008, setelah selama dua bulan ini hanya 'diperkenalkan' di sekitar komplek tempat tinggal saja, akhirnya si John-O diajak jalan-jalan perdana (sama kami berdua tentunya). Dan perdana juga buat saya melihat pacar sibuk dengan gagdet kesayangannya itu.
Dari pengalaman saya -yang notabene hanya penikmat foto- berinteraksi dengan kamera baru dan fotographer yang sama barunya ada beberapa tips fotography untuk anda :
  • Tetapkanlah budget anda. Sesuaikan dengan kemampuan serta kebutuhan. Akan selalu ada kamera dengan spec yang lebih canggih jika anda terlalu fleksible, dan hal ini akan membuat anda tambah pusing dalam menentukan pilihan. Foto yang bagus bukan melulu dikarenakan oleh kamera yang super canggih. It's always the man behind the gun.
  • Cari info tips dan trik dari internet. Manfaatkan google dan fotografer.net untuk membantu anda mendapatkan inspirasi sekaligus belajar lebih cepat dari pengalaman orang-orang yang sudah lebih dahulu berkecimpung di dunia ini. Dari google anda juga bisa searching buku-buku fotography yang dapat diunduh secara gratis.
  • Bawa kamera anda kemana saja. Ini memudahkan anda mengabadikan momen-momen menarik yang bisa muncul kapan saja tanpa terduga. Ini juga akan sangat membantu dalam melatih intuisi.
  • Jangan meremehkan hal-hal biasa yang ada di sekitar kita. Apa yang terlihat dari mata bisa terlihat begitu berbeda dari balik kamera. Cobalah mengeksplorasi lingkungan sekitar, dan anda akan terkejut-kejut melihat betapa dramatisnya tumpukan pakaian anda yang beraneka macam warna itu. Haha..
  • Baca buku manual. Menurut beberapa sumber yang saya baca dari internet, membaca buku manual akan sangat membantu anda mengenali alat yang anda miliki. Dengan begitu akan memudahkan anda melakukan setting saat akan mengambil gambar. Saya pribadi memang belum pernah memiliki kamera SLR, tetapi belajar dari pacar saya, sepertinya pendapat ini ada benarnya. Kamera (SLR) tidak sesederhana kamera digital biasa (baca : prosumer) dan atau kamera handphone. Banyak sekali tombol dan setting yang harus dilakukan sebelum mengambil gambar. Jika belum familiar maka akan sangat menyulitkan.
  • Jangan takut bereksperimen. Ayo, keluarlah dari zona aman anda. Buat foto sebanyak-banyaknya dari berbagai macam sudut pengambilan, dari beragam objek dan momen yang ditemui, serta dari bermacam setting yang bisa dilakukan. Kalau perlu pamerkan kepada rekan, pajang sebagai wallpaper/screensaver di komputer kantor atau tampilkan di situs-situs komunitas fotography. Lupakan sejenak rasa malu atau kecil hati saat menuai beragam kritik. Anda akan mendapatkan kursus singkat dan cara pandang baru dalam mendapatkan foto yang ok.
  • Tripod. Tidak semua orang dikaruniai genggaman tangan yang steady. Apalagi untuk pemula yang mungkin memegang kamera di depan umum saja masih menganggapnya beban tersendiri, genggaman tangannya sangat mungkin belum mantap. Hal ini tentu sangat berpengaruh pada kualitas gambar yang dihasilkan. Untuk itu bantuan tripod akan sangat diperlukan.

November 26, 2008

A Glance Back to The Memory of The First Encounter to Love

Cinta monyet. Pernah mendengar istilah ini kan? Dikenal juga sebagai puppy love dalam bahasa Inggris. Istilah yang merujuk pada perasaan cinta yang dirasakan seseorang pada masa remajanya entah kepada remaja seumurnya atau pada seseorang yang lebih dewasa. Berbeda dengan istilah romantic love atau platonic love yang merujuk pada suatu kualitas relasi afeksi yang begitu dalam serta membawa pemahaman tersendiri akan kehidupan, puppy love terjadi lebih karena rasa kagum atau pemujaan terhadap objeknya. Dan saya rasa banyak diantara kita pernah merasakan hal ini. Tidak terkecuali saya.
Sejauh saya bisa mengingat, hanya ada seorang saja yang menjadi objek cinta monyet dalam daftar percintaan saya yang memang tidak panjang. Dan anak muda yang beruntung (??) itu adalah teman bermain saya semasa kecil. Dia memang tidak asing lagi bagi saya karena ayah kami berteman dan kebetulan mereka sama-sama orang sumatera. Entah karena merasa senasib di perantauan atau karena memang rumah kami yang dekat, ayah kami sering saling bergantian memberikan kunjungan. Hal ini memberikan kesempatan kami untuk berkenalan dan menjalin pertemanan. Bermain sengejaran bulan (kejar-kejaran mengumpulkan musuh dalam lingkaran sebagai temboknya-red), galah kepung, betapok (petak umpet-red) bahkan lompat tali bersama anak-anak kampung lainnya adalah hal yang biasa kami lakukan. Setelah kami SMP, frekuensi pertemuan kami lebih sering karena kami pergi ke sekolah bersama-sama. Menaiki sepeda masing-masing dan bercanda sambil berlomba-lomba menaiki tanjakan dengan ayah kami mengikuti di belakang di atas vespa masing-masing menjadi rutinitas. Sore hari saya dan dia bertemu lagi dalam perjalanan menuju aktivitas ekstrakulikuler di sekolah masing-masing (dia bersekolah di tsanawiyah khusus laki-laki) dan berjanji akan pulang bareng. Kadang saat kegiatan les saya selesai lebih cepat, saya menonton dia berlatih silat. Atau kami bermain badminton di lapangan sekolah orang lain. Dia satu-satunya teman pria yang dipercayai ayah saya. Kalau sudah bilang "sama Toto, Pa", ayah saya yang puritan (heu..heu..Sorry Dad) dan overprotected itu akan mengangguk tanpa banyak tanya. Dia juga yang membuat saya boleh naik sepeda ke sekolah (walaupun ayah saya tanpa bosan selalu menemani sepanjang perjalanan dan jika terpaksa melepaskan kami akan memberikan wejangan yang panjang tentang tata cara berkendara yang baik di jalan raya). Sangat menyenangkan memiliki teman yang bisa diajak main apa saja dan selalu melindungi.
Sampai suatu saat dalam masa penantian kelulusan ujian akhir SMP. Entah kenapa tiba-tiba saya jadi selalu menunggu sore hari. Jam tidur siang menjadi terasa begitu panjang dan menyiksa. Saya tidak lagi bisa cuek saja pergi bermain badminton dengan t-shirt bulukan dan tentu saja minus mandi. Jika si mbak belum menyeterika kaus andalan, saya akan marah-marah tidak karuan sampai waktunya berangkat untuk bermain badminton. Tiba-tiba saya jadi sering memperhatikan figur dan senyumnya. Dan saya baru menyadari betapa dia sudah jauh lebih tinggi dari saya. Dan ternyata kulitnya jauh lebih putih dari saya (yang membuat saya sebal jika melihat kedua adik saya yang memang mewarisi kulit putih mulus Mama. Kenapa saya malah mendapat kulit si papa sih, gerutu saya dalam hati kala itu). Dan ternyata senyumnya yang merupakan paduan ramah, flirty dan sinis itu begitu digandrungi teman-teman sebaya lain. Dan ternyata dia lebih keren mengenakan seragam pramuka dibanding saat mengenakan celana jins dan kaus bulukan favoritnya. Saya jadi getol melakukan observasi atas diri dan kelakuannya. Jika dia ternyata tidak bisa berlatih badminton bersama karena ada ujian kenaikan tingkat di kelompok silatnya saya jadi overanalized. Jangan-jangan dia tidak suka lagi bermain bersama saya, jangan-jangan dia bosan dan menemukan teman baru yang lebih cantik dan tidak merepotkannya dengan berbagai pertanyaan seperti saya, serta sejuta jangan-jangan lainnya.
Perasaan saya padanya yang semula simpel menjadi begitu kompleks dan menyiksa. Tapi bahkan dalam usia belia saya tahu bahwa saya menikmatinya. Menikmati perasaan deg-degan, berbunga-bunga serta cemas yang aneh yang belum pernah saya rasakan sebelumnya. Tapi saya tidak melakukan apa-apa. Karena kala itu saya tidak tahu harus berbuat apa. Sampai tiba saatnya kami harus berpisah (karena saya diterima di sebuah SMU unggulan yang mengharuskan saya masuk asrama dan dia juga melanjutkan sekolahnya di Medan, mengikuti keinginan ayahnya untuk kembali ke kota asal keluarga mereka) saya tetap tidak melakukan apa-apa. Kami hanya bertukar foto dan janji untuk tetap melanjutkan persahabatan via surat menyurat.
Kenangan akan dirinya dan hari-hari masa kecil kami perlahan memudar, tapi tidak menghilang. Terselip rapi di antara ribuan kenangan hidup saya. Jika saya tersenyum mengenang kenakalan masa kecil, hampir bisa dipastikan dia berlarian diantaranya.


===================
"Holy Saint Francis, what a change is here!
Is Rosaline, whom thou didst love so dear
So soon forsaken? young men's love then lies
Not truly in their hearts, but in their eyes.

Romeo and Juliet, Act 2 Scene 3, William Shakespeare

Mobile Blogging Part II

Deuhh..payah nih. Saya sedang sangat kesal hari ini. Kesal karena mekanisme mobile blogging via Sony Ericsson yang tidak bisa diandalkan.
Asal muasal kekesalan saya bermula dari keinginan untuk berbagi moment-moment yang saya abadikan lewat kamera handphone ke dalam blog ini tepat pada saat kejadian berlangsung. Untuk kemudian di saat yang memungkinkan baru saya tambahi cerita atau komentar. Seperti yang saya lakukan saat membuat artikel Tes..Tes..Mobile Blogging itu. Tapi tak dinyana, hasilnya nihil. Prosedur yang saya jalankan serta token yang saya klaim untuk menggabungkan mobile blog dengan blog default saya gagal. Alhasil, saya coba lagi posting foto di atas dari handphone ke blog ini. Eh..tanpa konfirmasi token si foto sudah muncul saja. Tapi foto-foto sebelumnya (yang sudah saya posting dan klaim tokennya) tidak muncul juga. Gggrrrhhhhh..
Huhh..sabar..sabar..

November 20, 2008

A Note After A Horrible Storm

You know that it’s true
Ain’t no body as I am crazy for you
It’s all about you
Everybody knows that I’m crazy for you
You know that it’s true

Di atas adalah sepenggal refrain lagu "Jadi Milikmu (Crazy)" milik Anggun, penyanyi asal Indonesia yang sekarang melanglang buana di blantika musik dunia. Well, entah kenapa saya memang kurang update jika sudah menyangkut 'lagu Indonesia' (yang langsung terngiang-ngiang di telinga adalah lagu-lagu cengeng gak jelas milik PP or STxx. Haha..) jadi saya tidak tahu pasti kapan lagu ini mulai dirilis, tapi yang jelas dalam sehari sudah lima kali saya mendengarnya diputar di berbagai stasiun radio lokal.
Kembali ke "Jadi Milikmu (Crazy)", lagu ini membuat saya jatuh cinta pada pandangan pertama. Paduan irama up beat dan serta lirik yang lucu dan ear-catchy benar-benar mengena di hati saya yang kemarin (yup, saya baru mendengarnya kemarin siang) sedang sangat lemas. Tidak bertenaga. Pasalnya, saya menghabiskan dua hari di akhir pekan kemarin untuk bertarung dalam one of greatest battle of my life (^^)'. Brainstorming berdua kekasih tercinta, mempertimbangkan banyak hal untuk menentukan langkah dan arah kami in a journey called life ini, membuka hati dan mata untuk kembali melihat apa yang telah Dia tunjukkan kepada kami dan dengan satu lompatan we grabbed the last bus heading to the next halte.
Semua yang terjadi dalam dua hari di akhir pekan kemarin begitu menguras energi. Bahkan untuk menulis dan mengeluarkan sepatah kata saja saya tidak mampu. Saya seperti Sally (si tupai teman Spongebob Squarepants) yang hybernate kala musim dingin. Tiduuuuurrrr. Dan jiwa saya pun seperti itu. Tertidur. Walaupun hati dan pikiran saya tenang karena saya tahu ada teman yang berjalan ke arah saya, tapi saya tidur. Sampai akhirnya kemarin suara Anggun membangunkan saya. Menyadarkan saya bahwa waktu beristirahat sudah habis, musim dingin sudah usai. It is time now to prepare for another journey. Apakah jalan yang saya tempuh akan berakhir di depan pintunya? I wish. Is it open? I dont know, but still I wish. And one thing I know for sure, there's always a miracle in every single path I take.
Humm..humm, dan sepertinya saya masih membutuhkan suntikan semangat nih, karena saya memang belum pulih benar. Tengok saja tulisan saya kali ini. Gak nyambung dan gak jelas yah? Hehehe...'nyawa' saya memang belum kembali sepenuhnya.

You know that it's true
Promised you the world that go crazy for you
It's all about you
Everything you do makes me crazy for you
For you

Proloque

Hhooaahhmm..


*menguap lebar tanpa menutup mulut versi abang tukang ojek slipi*


Fyuuuhh, minggu-minggu sibuk usai sudah. Nganggur lagi deh eijk. Haha!! Nyari-nyari kerjaan di laci meja, ehh..udah gak ada. Kalo gak ketak ketik ntar si Boss ngirain gue gak punya kerjaan (lha bukannya iya..). Alhasil nyobain blogging di Wordpress. Walaupun sebenarnya males banget punya dua blog, capek ngurusnya bo'. Lebih enak semua dikumpulin di satu blog. Jadi utuh n gak terkotak-kotak. Kecuali kalo ntar gue tergerak untuk bikin satu blog lagi untuk nampung tulisan yang serius (baca : profesional) misalnya pajak (duhh..) atau soapmaking. But..hei hei..it's a good idea kan? Bikin blog untuk nampungin hal-hal yang memang merupakan keahlian kita. Itung-itung berbagi ilmu. (mulia sekali, Nak..(^^)V )


 Yayaya..blog ini ada hanya karena gue pengen coba-coba aja. Tapi gue berharap I have something to write on so this unessential can turn backway. Tunggu aja yak.

November 14, 2008

Phenomenal Woman

Pretty women wonder where my secret lies.
I’m not cute or built to suit a fashion model’s size
But when I start to tell them,
They think I’m telling lies.
I say,
It’s in the reach of my arms
The span of my hips,
The stride of my step,
The curl of my lips.
I’m a woman
Phenomenally.
Phenomenal woman,
That’s me.

I walk into a room
Just as cool as you please,
And to a man,
The fellows stand or
Fall down on their knees.
Then they swarm around me,
A hive of honey bees.
I say,
It’s the fire in my eyes,
And the flash of my teeth,
The swing in my waist,
And the joy in my feet.
I’m a woman
Phenomenally.
Phenomenal woman,
That’s me.

Men themselves have wondered
What they see in me.
They try so much
But they can’t touch
My inner mystery.
When I try to show them
They say they still can’t see.
I say,
It’s in the arch of my back,
The sun of my smile,
The ride of my breasts,
The grace of my style.
I’m a woman
Phenomenally.
Phenomenal woman,
That’s me.

Now you understand
Just why my head’s not bowed.
I don’t shout or jump about
Or have to talk real loud.
When you see me passing
It ought to make you proud.
I say,
It’s in the click of my heels,
The bend of my hair,
the palm of my hand,
The need of my care,
‘Cause I’m a woman
Phenomenally.
Phenomenal woman,
That’s me

Maya Angelou
===========
Maya Angelou adalah penulis Amerika yang terlahir dengan nama Marguerite Ann Johnson pada tahun 1948. Ia bukan saja seorang penulis, tetapi juga artis dan aktivis hak-hak sipil Amerika. Karya-karyanya seperti I know Why The Cage Birds Sing (1969) dan Just Give Me A Cool Drink of Water 'Fore I Die (1971) dinominasikan dalam penghargaan bergengsi Pulitzer Prize.

The Title

Beberapa hari yang lalu saya menyadari salah seorang teman saya merubah namanya di status facebook. Yang biasanya menggunakan nama aslinya sekarang dia menambahkan nama akhir suaminya. Heu..heu.. Saat saya menyadari itu saya tersenyum-senyum sendiri. Tersenyum mengingat topik nama belakang yang akan tersandang pada nama kami -kaum wanita ini- jika telah menikah nanti pernah menjadi topik hangat saat sedang kongkow bersama rekan-rekan wanita di kamar kos saya pada malam minggu beberapa waktu lalu.
The title -nama belakang- sering menjadi bahan angan-angan kaum wanita, bahkan sejak kami masih remaja. Mungkin beberapa diantara kita masih ingat saat naksir teman sekelas waktu SMA (ada yang SMP sudah mulai naksir-naksiran malah) dan membayangkan angan-angan romantis seperti dalam film (Snow White adalah salah satu yang sangat inspiratif kala itu) dan membayangkan bisa live happily ever after lengkap dengan scene pernikahan yang meriah dan bahkan anak-anak yang cantik dan menggemaskan, dan seorang teman (biasanya rival di kelas) menyapa "Hai, Nyonya X, lama gak berjumpa..". Hahaha...khayalan yang bisa membuat senyum terkembang seharian.
Beranjak dewasa, the title ini pun masih kerap menjadi hot topic, seringnya saat sedang kumpul-kumpul membahas urusan cinta dan tetek bengeknya. Gerombolan saya pun tidak ketinggalan. Gerombolan yang seringnya berjumlah empat orang berusia kisaran 25-28 tahun inipun sudah beberapa kali menjadikan hot topic ini sebagai bahan pembicaraan seru. Mengenang nama-nama pria yang saat itu kami anggap akan menjadi nama belakang kami. Membahas betapa tidak cocoknya sebuah nama yang (kami anggap) norak untuk disandingkan dengan nama kami yang berbau metropolis dan tak lupa..menebak-nebak (dengan berbagai metode dan pendekatan yang tidak ilmiah sama sekali) nama belakang apa yang akan kami sandang nantinya.
Saya sendiri? Hehe..to be honest, saya sama seperti rekan wanita lain kok. Walaupun tampilannya cuek dan jutek seolah tak butuh pria untuk menjalani hari ini, but deep down inside kadang sisi wanita saya (yang gak penting seperti ini) muncul juga. Kadang saya membayangkan saat dimana nama belakang yang saya sandang bukan lagi Bazar -nama ayah saya, hehe..aneh ya?- tapi deCarlo (nama samaran ding..haha..gak pede ahh menuliskan namanya disini). Anty deCarlo. It isn't that bad, is it? Haha..If it really happen, I'm the luckiest woman ever.

"Hi, Mrs. deCarlo..long time no chat. How are you both? Your husband's study isn't finished yet?"
"Oh, hello, Mrs. Sunarta. Well I've been busy doing soapmaking in my studio. The next bazaar is soon to come, and I have to make some stocks. deCarlo's will graduate next year but he plans to stay and have another scholarship for his Ph.D. Humm..how're you doing? How bout your boutique and saloon? I've heard it makes some admirer. How bout your children?"
* I have this phone call from my BFF while watching nice scene of my backyard in Province-France*
It's a good dream, isn't it? A dream good enough to start a good day.


==================
I want the title
I wanna be known as your girl
I wanna kick it wit you like your best friend
So let a girl come in your world
I wanna be your lady
(Ciara - The Title)

November 13, 2008

The Day We Saw Weird Couple

Hari Selasa yang lalu saya dan seorang sahabat janjian mengikuti program free indie movie yang diputar di Blitz Megaplex Grand Indonesia. Film yang diputar hari itu judulnya "The Year My Parents Went On Vacation". Entah karena memang menggemari film-film bergenre ini atau karena gratisannya, kami berdua begitu bersemangat. Setengah enam sore tengg, saya langsung mengucapkan selamat malam pada komputer tercinta, dan melirik dengan kurang enak hati pada gunungan file yang menumpuk di meja sebelah. Well, itu meja kepala seksi saya. Haha..Tapi saya juga butuh penghiburan. Dan menonton film indie bersama sahabat akan sangat menyenangkan. So, bye bye..
Sampai di GI, saya langsung membeli dua cup frappucino dari Starbucks dan bergegas menemui sahabat yang ternyata sudah menunggu di lobi theater. Seperti biasa, jika kami bertemu selalu saja muncul aura antusiasme saat dengan tak sabaran bergantian menceritakan pengalaman hari itu. Setelah sekian kisah diceritakan dan setelah sekian kalinya bolak balik mengambil katalog-katalog film, akhirnya kami gelisah sendiri. Kok pintu teater 6 belum dibuka yah? Kok belum ada tanda-tanda antrian yah? Kok gak ada spanduk-spanduk program seperti saat jifFest yah? Dan bermacam-macam "kok" yang lain. Arrrggghhhh.. Dan akhirnya kami memutuskan untuk mengawali antrian itu. Huhhh...
Tuh kan benar..saat kami ngantri (paling depan dong, namanya juga pioneer) ehhh, orang-orang pun ikutan berkerumun. Seperti laron saja (seharusnya kan seperti bebek, berbaris satu-satu)Nah, saat kami sedang cekakak cekikik menertawakan entah kisah apa, tiba-tiba terdengar suara pria mendesah "Sayang, harusnya kamu gak usah makan malam. Tuh lihat kamu jadi rada gendut" Dan emang dasar wanita reseh yang pengen tau aja, saya pun mencoba melirik apa yang terjadi tepat di belakang punggungku. Eng ing eng.. Sepasang manusia (cuhh bahasanya) sedang bermesraan dengan si pria merangkul si wanita dari belakang, dan tangannya dengan ramah menjalar kemana-mana. Hiiiiyyy..seram. Herannya si wanita terlihat santai saja. Keagresifan si pria pun tak berhenti samapi disitu. Dengan ujung ekor mata, saya sempat melihat sekilas mereka saling mendaratkan ciuman di wajah masing-masing. Huh..apa mereka baru jadian ya? Well, to be honest saya juga pernah ada di posisi 'baru jadian' dan sangat mahfum dengan perasaan yang sangat intens seperti itu. But in front of the public? Big no no deh. Dan saya sangat bersyukur pacar saya adalah pria yang sangat pandai menjaga diri saya bahkan dari dirinya sendiri. Nah adegan ini berlangsung kira-kira 15 menit sampai pintu teater dibuka. Saat itu saya langsung kabur mencari tempat duduk paling atas dan paling tengah sambil berharap pasangan aneh tak tahu malu itu tidak mengambil posisi di dekat kami. Fyyyuuhh..males aja jika sedang enak-enak nonton tiba-tiba ada ada suara aneh "Sayang,.."
Film yang kami tonton benar-benar bagus. Film yang menceritakan kisah pergolakan politik Brasil dari mata seorang anak laki-laki. Penuh arti dengan sentuhan kejenakaan anak kecil. Kami keluar teater dengan senyum puas, sambil sesekali berangkulan dan berkata "Sayang.." (hehe..)

November 10, 2008

Me and My BFF

BFF?? Mungkin beberapa orang masih janggal dengan istilah ini. Well, to be honest saya juga baru tahu jika BFF ini singkatan dari "Best Friend Forever" setelah menonton salah satu episode Gossip Girl, serial televisi keluaran NBC yang mengisahkan kehidupan remaja elite di Manhattan sana. Singkatan ini merujuk pada sahabat dekat.
Saya sendiri memiliki beberapa sahabat yang sangat dekat dalam beberapa fase hidup saya. Sejauh saya bisa mengingat, BFF pertama saya adalah teman sekolah semasa SMA. Berdua dengannya saya melakukan hal-hal gila (untuk ukuran SMA kami yang notabene SMU berasrama unggulan dengan peraturan dan jadwal hidup super ketat). Kami sering pesiar (istilah untuk jam bebas yang kami dapatkan hanya di hari minggu dari pukul 9 pagi sampai pukul 17 WIB) bareng, dan berkeliaran di pelosok pasar barang loakan. Kadang saat kami tidak pesiar keluar, kami membeli cemilan dan es krim yang banyak untuk kemudian kami habiskan di pojok sekolah. Padahal kami sedang dalam program diet, dimana asupan makanan sangat dijaga ketat. Pertemanan kami tidak saja dipererat oleh kebersamaan, tapi juga oleh beberapa masalah. Well, kami juga pernah 'off' tidak berkomunikasi hampir setengah tahun karena we're fall in love with the same guy. A guy then be my first boyfriend. A guy who was her first kiss too. Persahabatan kami bertahan intens sampai saya kuliah, dimana saya juga menemukan BFF lain.
BFF baru ini rekan kuliah saya. Salah satu dari 6 anggota geng saya. Entah kenapa persahabatan saya dengannya memilliki kualitas yang sedikit lebih intens dibanding teman geng lain. Kami saling berbagi rahasia dengan semboyan "rahasia langit tidak dapat dibocorkan". Persis seperti kata kata si babi dalam serial Sun Go Kong. Dia tempat curahan hati saat saya menjalani kehidupan super sulit, dia yang selalu mendengarkan dan menguatkan langkah saya. Dia satu-satunya teman yang bisa saya ajak brainstorming tentang mimpi-mimpi, visi serta pemikiran-pemikiran saya tentang hidup ini. Begitu pula sebaliknya, dia mempercayai saya untuk menjadi penampungan semua kegundahannya, pandangan-pandangannya tentang dunia ini, kehidupan percintaannya. Huhh...berdua kami merasa sebagai gadis 20-an yang begitu matang. Hahaha...Persahabatan ini pun berlanjut samapai sekarang. Walapun tidak seintens dulu mengingat jarak dan waktu yang memisahkan.
Sekarang saya menambahkan lagi satu nama dalam daftar BFF saya. Seorang teman yang saya kenal karena bernaung di bawah satu atap kos-kosan. Dari pertama bertemu entah kenapa kami sudah saling cocok. Dengan mudahnya kami bisa dekat. Pertama-tama karena berbagai barang menarik yang sering nampang di majalah, kemudian karena berbagi info diskon barang-barang bermerk yang ternyata berhasil membuat mata kami berbinar penuh puja, selanjutnya karena berbagai pengalaman percintaan yang ternyata punya benang merah.
Selain hobi dan kesukaan yang banyak kesamaan, banyak orang pun mengatakan kami (mulai) mirip. Bukan hanya dalam tampilan fisik, dalam sikap pun begitu. Kami sering sekali menggunakan ungkapan yang sama dalam waktu yang sama saat mengalami suatu kejadian. Hehe...entah karena memang mirip atau karena sering berinteraksi saja ya. Fyuu..fyuu..
Sahabat saya ini adalah partner in crime yang sebanding kemampuannya. Mengubek-ubek pasar Senen untuk menghabiskan waktu (dan sedikit uang) serta memuaskan hasrat belanja, nongkrong setengah harian di kafe sambil membahas gosip-gosip yang sedang happening (sambil sesekali mengumpat-umpat kelakuan Mayangsari yang semakin arogan atau sekedar mengkritik penampilan Venna Melinda yang membeli Ajinomoto di Alfamart menjinjing a fake designer bag). Belum lagi beberapa kesamaan dalam pekerjaan, berurusan dengan orang-orang pajak. Belum lagi jalinan percintaan kami yang bisa dibilang mirip. Jadilah kami selalu berada pada 'frekuensi' yang sama, menimbulkan kehebohan tiada tara setiap berjumpa.
Yah, begitulah.. saya sangat menyadari betapa tiap-tiap orang ini memiliki arti penting dalam hidup saya. Tanpa mereka bisa jadi saya tidak akan berada di titik ini.

November 07, 2008

Friday I'm in Trouble

Sejak sebulan yang lalu saya selalu termangu-mangu sendiri setiap hari jumat saat orang-orang selesai sholat jumat. Masih terkenang-kenang kejadian di jumat terakhir bulan ramadhan kemarin yang selalu kembali mengisi kepala saya seperti film yang diputar berulang-ulang. Memberikan sensasi yang aneh. Saya seperti penderita DBD yang menderita demam berkala.

Kadang saya membayangkan jika saya mengambil pilihan yang berbeda hari itu, pasti yang saya (dan dia) jalani akan berbeda dengan yang kami jalani saat ini. Hari jumat akan (tetap) menjadi hari sibuk (karena harus menyelesaikan banyak hal yang menjadi target minggu ini) sekaligus hari yang dinanti-nanti dengan penuh semangat. Betapa tidak, dua hari yang akan datang akan kami jalani bersama. Jalan-jalan, nonton, ngopi di kafe sambil membahas banyak hal. Atau malah sibuk mengurusi teman-teman (yang entah kenapa jadi getol bolak-balik ke Jakarta) dan keluarga (saya). Atau (ini sebenarnya yang jadi favorit kami berdua) seharian di rumah, ngemil, nonton DVD, main monopoli (yang selalu bikin saya pundung karena kalah melulu), bicara ngalor-ngidul tentang topik-topik yang penting sampai yang remeh temeh, dan tidak lupa tidur siang yang panjang. Ahhh...betapa saya selalu menikmati setiap saat yang saya lalui bersamanya. Terbayang juga saat-saat sulit yang pernah kami lalui. Bertengkar lewat telepon, sms bahkan email. Tapi toh kami selalu menemukan jalan rekonsiliasi. Komitmennya atas hubungan ini selalu bisa meredakan kemarahan saya, dan begitu juga dia. Kepercayaannya pada saya selalu membuat saya enggan mencari-cari masalah. Teringat juga kejadian hari itu, dimana pikiran saya seperti sebuah kamar kontrol dengan ribuan layar monitor dimana-mana, hanya saja semua menunjukkan gambar yang sama, sepasang kaki terbungkus sandal kamar. Dan tiba-tiba airmata saya mengalir tanpa aba-aba, persis seperti saat saya ke bandara hari itu. Membuat panik supir taksi yang saya tumpangi. And all those memories so cruel n harsh keep coming back in to my mind, moreover in friday.

Kadang juga saat sensasi aneh ini begitu menggelora, membuat hati saya seolah mencelos pindah ke perut, bahkan membuat saya lupa dimana meletakkan otak saya, saya berpikir kapan masa depan itu tiba. Saya ingin tahu apakah di masa itu hari jumat masih mendatangkan perasaan galau yang sama. Saya ingin tahu apakah akhirnya saya bisa mengingat hari jumat itu dengan tersenyum. Saya ingin tahu apakah saya bahagia dan menjadi bahagia karena pilihan saya di hari itu. Saya ingin segera tahu, karena kadang saya pikir saya tidak kuat lagi.

Setiap hari Jumat saat orang-orang selesai sholat, saya selalu termangu-mangu sendiri. Seperti penderita DBD yang terkena serangan demam berkala. Tapi sayang penyakit saya kali ini entah apa obatnya. Bisa jadi racun (ya olohhh...) atau dukun (hmm..)

=================
Action may not always bring happiness, but there is no happiness without action. (Benjamin Disraeli)

November 03, 2008

Daydreaming of Miracle

Beberapa hal penting terjadi dalam hidup saya belakangan ini -Bukan, bukan bermaksud mengecilkan arti hal-hal lainnya. Saya sadar betul bahwa ada alasan atas semua hal yang terjadi, konsep berpikir yang membuat saya berpendapat bahwa "kebetulan" (coincident) itu sesungguhnya tidak ada. Ia hanya merupakan konsep yang dibuat oleh manusia saja- hanya saja hal-hal ini sangat signifikan dalam hidup saya, menyangkut masa lalu, sekarang dan akan datang. Hal-hal yang sangat complicated mencakup pilihan-pilihan yang sudah dan harus dibuat berikut konsekuensinya. Pusing ya? Yah, saya juga. Kadang ingin sekali meloncat ke episode hidup yang berikutnya, langsung melihat apa yang terjadi pada akhir cerita, seperti yang sering saya lakukan saat tidak sabar membaca buku. Kebiasaan yang sering dikomentari oleh kekasih saya (ehm..). "Curang..kan gak seru, apa enaknya sih?", protesnya. Tapi apa boleh buat, ini hidup bukan buku. Secanggih apapun teknologi belum ada yang bisa melakukannya.

Pada seorang sahabat saya pernah berkata "Saya menginginkan sesuatu, yang hanya dengan keajaiban saya bisa mendapatkannya". Dan hari Sabtu yang lalu sesuatu yang penting kembali terjadi, sebuah keajaiban, jika bisa dikatakan begitu. Saya diberi kesempatan untuk bisa menambah satu lagi lembar kenangan manis untuk diingat sampai hari tua, untuk dapat melihat lagi nuansa coklat muda yang selalu bisa menyalakan lilin di hati saya. Kecil, namun indah dan hangat. Bisa merasakan kehadirannya yang akan selalu menemani di dalam hati, merasakan betapa diri saya berarti untuknya. It's a miracle to me. And again I realized how lucky I am. For I am blessed having a chance to love n to be loved. By him.

Dan sekarang setelah hari yang indah itu berlalu dengan sangat cepat, pernah hati saya bertanya-tanya apakah artinya, apa maksudnya. Apakah itu keajaiban yang menjawab doa saya? Tapi sebenarnya jawaban atas itu menjadi tidak penting lagi. Saya tahu selalu ada keajaiban dalam setiap langkah saya. Yang harus saya lakukan hanya mempercayainya.

Hhhh...kehidupan selalu penuh arti. Itulah kenapa butuh kesabaran untuk menjalani. Jika satu episode saja di-skip, maka hilanglah maknanya.

=================
If you have love in your life it can make up for a great many things you lack. If you don't have it, no matter what else there is, it's not enough. Ann Landers (1918 - 2002)

Harga Sebuah Kearifan

Beberapa pengertian akan hidup ini saya peroleh dengan harga yang sangat mahal. Tapi hal-hal tertentu memang memiliki harganya sendiri, bukan? Dan beberapa orang memang membayar lebih mahal dari orang lain. Tapi bukan berarti Tuhan pilih kasih. Buat saya itu hanya masalah pendekatan saja.