Rasanya sulit sekali untuk bersyukur atas apa yang ada. Tiap habis sholat bukannya mengucap syukur atas karunia yang diberikan, kesehatan badani dan rohani, suami yang
March 11, 2013
Syukuri Saja
Rasanya sulit sekali untuk bersyukur atas apa yang ada. Tiap habis sholat bukannya mengucap syukur atas karunia yang diberikan, kesehatan badani dan rohani, suami yang
June 13, 2012
When It's Time To Say Goodbye (Adieu, Budhe)
critical condition. She's gotten into kidney failure due to advance
stage of cervical cancer she's been fighting for one year. My family
have been doing almost everything to have her health back, but now we
have to face this bitter reality. There's nothing we can do more,
except only for one thing. Let her go.
Now, as my family gathered in her room, sharing strength and prayer,
embracing my uncle and cousins, my mind recall all memories of her
I've been keeping for all of these years.
She's always been a perfect potray of what I called great wife, and a
loving mother. And I know that she's a really good friend to my uncle.
I see it in their eyes when they shared jokes one to another, when
they passing kisses as if they're in their seventeen. I see it when my
uncle called her in her nickname. "Conil", it is.
In my eyes, she's a good example of classic beauty. Rarely I saw her
in full makeup yet she's always look beautiful, just with a sheer
touch of lipstick. Maybe it is what we say beauty comes from within. I
never saw her in anger. Her face always full of smile, her voice
always so soft and warm. This brought her as a favorite teacher among
many of her students. Never heard a single curse spoken out of her
mouth. Not even when she fell very ill. Great woman indeed she is,
even though she's not a good cook. But the last thing is not a great
deal to us. For she's been a very good mother for us, for she's been
one good reason for the rest of us to be a good person in this hard
life. And I believe this is what she will always be remembered as.
So, everyone has their own place and time. And this is our time to let
her go, to say good bye. May Allah SWT bless her soul, and may us
being given the strenght to go on.
Until we meet again, Budhe.
Adieu
June 22, 2011
A glimpse of 6 years us
Kutulis ini saat gelap mulai menjelang di pusat Jakarta. Kopaja yang kunaiki melaju liar di antara padatnya kendaraan sepanjang jalan Sudirman menuju Thamrin. Sesekali kondektur edan ini berteriak lancang memaki. Beuhhh... Gerah dan ricuh sekali perjalanan ini. Berbanding lurus dengan ricuhnya perjalanan cintaku dengan pria gendut yang sedang sibuk di bilangan Cilandak sana. Perjalanan yang dimulai tepat enam tahun lalu. Senyumku terkembang mengingatnya.
Hari ini enam tahun yang lalu, tepat di waktu ini, kami berjanji untuk meniti jalan bersama. Janji yang sejujurnya dengan sangat susah payah kutepati. Janji yang kadang membuatku harus meredam emosi dan ketidaksabaranku yang memang kadarnya relatif lebih banyak dibanding kebanyakan orang. (Ooopppsss... Listrik padam dong di Stasiun Sudirman :D) Janji yang kadang membuatku harus berpikir seribu kali hanya untuk makan siang berdua dengan pria lain yang notabene teman lama. Janji yang membuatku bertekad untuk jadi wanita yang lebih baik dengan berbagai konsekuensi yang membatasi gerakku. Tapi toh aku senang. Enam tahun memegang janji itu aku bahagia. Aku berharap orang sibuk itu juga merasakan hal yang sama.
Bukan perkara mudah menghadapi perempuan yang bagaikan anak nakal tukang ngambek sembari tetap tersenyum, belum lagi meladeni ocehan serta pemikiran absurdku yang sialnya sering muncul di saat dia sedang lelah. Dan pastinya tidak gampang menunggu selama bertahun-tahun ini dengan kadar kesetiaan yang tetap sama kualitasnya, Aku akui tidak akan mudah buatnya.. Tapi tetap aku berharap dia juga bahagia.
May 30, 2011
A moment in Stasiun Cikini (sebuah tulisan curhat)
"Halo.."
"Shan, lg dmana kau?" suara bapak bapak dengan logat yang sangat kukenal.
"Cikini" sahutku datar. Siapa ya ini? Otakku cepat berputar.
"Shan, ini Pakde, Shan. Pakde Bambang. Pakdemu. wooohh.. Sombong. Nggak boleh gitu nyautinnya" gerutuannya langsung keluar bagai kuda lepas kandang.
Alamaaaak jaaann, pantes rasanya aq kenal suara ini.
*** Itulah kali pertama aq berbicara dengan Pakde Bambang setelah hampir 3 tahun hanya bertukar pesan selamat hari raya. Pak gedhe abang almarhumah mama. Orang yang telaten meladeni tangisku saat ditinggal main kakak sepupuku yang notabene anak sulungnya. Orang yang selalu jadi figur ayah jempolan, berbudi bahasa, dihormati orang sekota. Bertolak belakang dengan ayahku yang urakan khas pria Sumatera. Orang yang selalu mbengok-mbengok memanggil lewat pintu belakang rumah hanya untuk makan kepiting lada hitam hasil olahannya. Orang yang keras tapi sangat sensitif. Takkan kulupa tangisan pilunya saat eyang kung ku meninggal, begitu juga saat mamaku berpulang. Itulah Pakdeku, Pakde Bambangku.
Segudang emosi membuncah saat aku menyimak perkataannya. Segudang memori langsung berputar di mataku, bagaikan putaran roll film di bioskop. Sedih mengingat aku bukan lagi gadis cilik yang selalu diajak pulang ke rumah pabrik dengan vespa PXnya. Sedih mengingat aku tak lagi punya kesempatan mencabuti jenggotnya. Pasti cucunya yg mengambil alih tugas itu. Senang karena tau beliau masih sangat concern padaku dan adik-adikku. Kesal karena dia berpikiran aq sudah melupakannya. Padahal dia tak tau bahwa aq sering kali bercerita tentang dia, tentang keluarga Singkawangku pada pacar. Senang karena.. Ahh.. Aq punya ribuan alasan untuk senang, sedih dan kesal saat itu. Dan tanpa babibu airmataku berlinangan. Beberapa calon penumpang yang turut menunggu di peron dua stasiun cikini mulai melirik penuh ingin tau. Tapi siapa peduli. Dan setelah menit-menit percakapan emosional itu, klakson kereta terdengar memekakkan telinga. Calon penumpang mulai liar merangsek dan melipir hingga pinggir peron. Akupun pamit.
”hati-hati yo, nduk” sahutnya saat menutup telepon.
Dan hatiku mencelos entah kemana. I will, Pakde. I always will. Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!
February 14, 2010
Random Thought of Living Human
Countinuing existence in our term is only refer to us. Human. The most honorable of God creation. There's no animal, no plant in it. Selfish.
I was just thinking, it's a shame to be human like this.
November 29, 2008
At The Coffee Shop With Friends

Kali ini saya sedang bersantai di sebuah kedai kopi favorit di salah satu pusat perbelanjaan daerah Bogor. Menunggu redanya hujan, yang sepertinya selalu datang silih berganti di kota ini. Tidak pernah bosan, bahkan untuk absen satu hari saja. Hmmm...sebenarnya ada payung tersimpan di dalam tas punggung saya yang super besar dan sedang padat isinya itu. Tapi selain payung, saya juga membawa beberapa hasil buruan yang saya dapatkan di Kober - Depok. Yup...komik!! Sengaja dalam perjalanan kali ini saya memilih ke Bogor dengan kereta api via Depok, supaya saya bisa mampir dan mengubek-ubek beberapa stand buku bekas yang ada disana demi mendapatkan komik-komik idaman. Alhasil, kali ini saya memilih duduk manis di sofa sambil membaca komik dan menyeruput caramel frappucinno. Haha..sore yang indah.
- Manfaatkan google, mesin pencari ini sangat sakti. dengan menggunakan beragam kombinasi kata kunci anda akan mendapatkan beberapa tempat yang menjual atau mungkin sekedar memberikan jejak keberadaan buku idaman anda. Nah, follow-uplah informasi yang anda dapatkan itu dengan bijak.
- Pilihlah penjual online yang memiliki banyak tanggapan positif dari pembelinya. Kalau perlu hubungi si penjual secara langsung melalui telepon. Hindari penjual yang masih sepi, ini untuk menghindarkan anda dari penipuan.
- Gali informasi detil atas buku yang akan anda beli secara online. Tanyakan pada penjualnya mengenai kondisi buku, apakah ada cacat, sobek, stempel bekas dan sebagainya. Minta juga beberapa foto yang up-close.
- Buatlah janji bahwa barang dapat dikembalikan jika kondisinya tidak sesuai dengan yang dideskripsikan sebelumnya.
- Buatlah daftar buku (atau komik) yang masih harus dilengkapi. Ini menghindarkan anda dari pembelian ganda yang mubazir, kecuali anda memang sengaja mencari buku yang sama dengan tujuan memperbaiki kualitas koleksi anda.
- Isi perut anda secukupnya. Aktivitas yang akan anda lakukan tergolong cukup berat. Jangan sampai penyakit maag mengunjungi anda saat sedang asyik memilah buku. Selain itu daerah yang anda kunjungi tidak hazard-free (hehe..berlebihan) imunitas yang rendah memudahkan anda terjangkit penyakit nantinya.
- Bawa uang tunai secukupnya karena ATM jauh.
- Kenakan pakaian yang nyaman dan tidak mencolok. Lupakan dulu rencana show off celana dalam berlabel calvin klein dengan mengenakan jeans hipster super ketat. Anda hanya akan menjadi bahan teriakan pria-pria bertampang sangar. Tak ada pria ganteng di sana. Selain itu daerah seperti itu rata-rata panas karena tidak ada AC. Namanya saja lapak-lapak.
- Mind your belonging, termasuk plastik-plastik belanjaan anda yang lain. Kejahatan bisa terjadi bukan hanya karena niat, tapi juga karena ada kesempatan.
- Buatlah rute pencarian yang teratur. Kecuali anda sudah hapal betul lokasi perburuan. Semua lapak terlihat serupa. Dengan keteraturan menghindarkan anda dari mengubrak-abrik tempat yang sama.
- Telitilah semua buku yang anda peroleh. Pilihlah yang kualitasnya paling bagus. Jangan takut tidak akan mendapatkan yang lebih baik dari yang anda harapkan. Untuk buku-buku lama, bukalah buku, jangan sampai ada halaman yang terlepas dari jilidannya.