Pages

Showing posts with label life. Show all posts
Showing posts with label life. Show all posts

March 11, 2013

Syukuri Saja

Ahayy, rasanya sungguh aneh setelah lama tidak meninggalkan jejak di blog ini dan ujug-ujug menyambangi dengan judul yang kedengarannya kok ya terkesan sotoy dan sok memotivasi. Tapi apa coba kegiatan yang cocok dilakukan di hari Senin seperti sekarang? Hari kejepit yang ndilalahnya kompak dengan badan yang rasanya super gak jelas akibat Hyperemesis Gravidarum yang tak kunjung angkat kaki di usia kehamilan 4 bulan ini. Padahal Duchess of Cambridge saja sudah sembuh dari sindrom yang sama, malahan sudah tampil cantik nan enerjik di berbagai acara kelas dunia. Belum kelar urusan sindrom aneh, ada lagi urusan otot pantat kejepit yang membuat berbagai kegiatan domestik sangat terganggu. Untuk bangkit dari tidur saja perlu usaha ekstra, dan bahkan kelihatannya lebih mudah buat Suzanna untuk bangkit dari kubur dibanding saya bangkit dari tidur. Dohh.. life is so unfair.. Pokoknya begitulah, dengan berbagai alasan khas karyawan malas, saya bertekad untuk menghabiskan jam kantor hari ini dengan mencoba menulis sebuah artikel di blog tercinta. Apapun topik dan judulnya.

Ide tulisan ini muncul tadi pagi saat berbasa-basi tentang hari kejepit dengan seorang rekan kerja. Alih-alih mengiyakan gerutuan saya, dia malah berujar tenang, “Syukuri saja. Dari pada harus kerja 5 hari berturut-turut, kan lebih enak ada liburnya walaupun hanya satu hari.” Benar juga ya?

Pernyataan singkat nan enteng itu malah membuat saya berpikir. Sarapan jadi nggak enak. Saya jadi teringat seribu satu keluh kesah yang sering saya lontarkan. Tentang apapunlah itu, dari kehamilan yang beratlah, rumah yang L4- Lo Lagi Lo Lagi hanya 2 kamar tidur inilah, kenaikan gaji yang tidak bombastis seperti konser boyband sesuai harapanlah, sampai orang tua yang tidak punya harta berlimpah.

Rasanya sulit sekali untuk bersyukur atas apa yang ada. Tiap habis sholat bukannya mengucap syukur atas karunia yang diberikan, kesehatan badani dan rohani, suami yang tampan penyabar, rumah tangga yang rukun dll, yang ada malah mengumpat-umpat dan memojokkan Tuhan yang katanya Maha Adil itu. Bagaimana bisa Dia menghadiahi kami yang hobi pulang tenggo kerja keras ini keadaan yang begini pas-pasan. Padahal di lain pihak Rasyid Rajasa hanya dituntut delapan bulan penjara dan masih bisa lenggang kangkung di Senayan City.

Sepanjang acara sarapan itu saya memaksakan diri untuk melihat kembali apa yang saya miliki dan alami sambil tak lupa mengecap masing-masing dengan stempel SYUKURI SAJA. Yap.. persis petugas imigrasi yang membubuhkan stempel di tiap-tiap keberangkatan. Dimulai dengan kehamilan saya yang direcoki sindrom gak jelas itu. Walaupun lemas karena muntah-muntah nggak keruan, si suami selalu siap memasak menu-menu andalannya dan menyuapi saya yang ogah-ogahan makan. Plus dengan rendah hatinya menyetrika baju sendiri. Kalau akhir pekan menjelang, mengepel serta menggosok kamar mandi dia lakukan tanpa bantuan saya, belum lagi dengan sabarnya menuruti keinginan saya makan ini itu yang ujung-ujungnya juga dia yang ngabisin sendiri karena saya cuma gede pengennya doang. See, I’m indeed a lucky wife, am not I? :)

Ngomong-ngomong soal si suami, setelah setahun lebih berumah tangga saya kerap menemukan kekurangan pada dirinya. Walaupun bertitel insinyur dari sebuah perguruan tinggi negeri ternama, si suami jarang terlihat mengutak-utik alat-alat elektronik yang kadang mogok kerja di rumah. Alih-alih memperbaiki, memegang obeng dan tang saja dia terlihat kagok. Mungkin analoginya ya seperti SBY si jenderal cinta yang kelihatan lebih pantas memegang gitar dari pada senapan. Tidak seperti suami temen sekantor saya, yang konon katanya begitu fasih menyulap bangku-bangku bekas menjadi tempat tidur anak, mencuci dan menservis AC di rumah serta berbagai jenis prakarya khas para lelaki lainnya. Padahal suami teman saya ini lulusan IKIP. Ada lagi cerita teman lain soal suaminya yang sering membelikannya tas-tas bermerk dan segudang kelebihan lainnya deh. Cerita-cerita semacam ini kadang membuat saya membatin,” yaaahh, kamu kok bisanya cuma gini sih, Mas”. Hehehehe…

Tapi nih, tapi.. Kalau dipikir-pikir lagi, walaupun dia tidak mahir dunia pertukangan, di lain pihak dia sangat bisa diandalkan untuk urusan fotografi dan geografi, serta bisa menandingi semangat petualang saya yang begitu menggebu-gebu. Saya tinggal tunjuk mau kemana, dan dia dengan cekatan akan menyediakan segala tetek bengek persiapan perjalanan. Dan bagi saya si pemalas dandan dan kadang jarang mandi ini, yang terpenting adalah si suami selalu memperlakukan saya bak Angelina Jolie. Hihihihi.. I’m so blessed I have him.

Salah satu topik penting yang sering jadi bahan diskusi saya dan suami belakangan ini adalah masalah rumah. Bayangkan saja, rumah dua kamar ini sudah penuh terisi dengan adanya si Papa. Nanti kalau si bayi lahir, tentunya satu kamar lagi untuk baby sitternya adalah mandatory. Tidak bisa ditawar lagi. Harus ada. Nah lho.. piye iki? Mau nambah satu kamar lagi, duit pas-pasan. Belum lagi satu hal yang paling penting, itu rumah walaupun uddah pewe tetap saja bukan milik sendiri, alias masih ngontrak. Hahahahahaha… #ketawastres. Tapi ya, kenapa harus dibawa pusing kan? Namanya juga kontraktor, rumah sudah tidak cukup ya tinggal pindah. Cat sudah kusam dan out of date? Cari saja yang baru. Tetangga egois dan sok tau, pindah saja, tinggal tunjuk mau ke komplek yang mana. Asal ada duitnya yang ini kami gak punya. Enak toh? Heheheh.. seperti kata teman saya tadi pagi, syukuri saja. Dan izinkan saya meneruskan kalimatnya, semua akan indah pada waktunya :)

June 13, 2012

When It's Time To Say Goodbye (Adieu, Budhe)

It's been five days since my aunt laying unmoved in the hospital in a
critical condition. She's gotten into kidney failure due to advance
stage of cervical cancer she's been fighting for one year. My family
have been doing almost everything to have her health back, but now we
have to face this bitter reality. There's nothing we can do more,
except only for one thing. Let her go.
Now, as my family gathered in her room, sharing strength and prayer,
embracing my uncle and cousins, my mind recall all memories of her
I've been keeping for all of these years.
She's always been a perfect potray of what I called great wife, and a
loving mother. And I know that she's a really good friend to my uncle.
I see it in their eyes when they shared jokes one to another, when
they passing kisses as if they're in their seventeen. I see it when my
uncle called her in her nickname. "Conil", it is.
In my eyes, she's a good example of classic beauty. Rarely I saw her
in full makeup yet she's always look beautiful, just with a sheer
touch of lipstick. Maybe it is what we say beauty comes from within. I
never saw her in anger. Her face always full of smile, her voice
always so soft and warm. This brought her as a favorite teacher among
many of her students. Never heard a single curse spoken out of her
mouth. Not even when she fell very ill. Great woman indeed she is,
even though she's not a good cook. But the last thing is not a great
deal to us. For she's been a very good mother for us, for she's been
one good reason for the rest of us to be a good person in this hard
life. And I believe this is what she will always be remembered as.
So, everyone has their own place and time. And this is our time to let
her go, to say good bye. May Allah SWT bless her soul, and may us
being given the strenght to go on.
Until we meet again, Budhe.
Adieu



June 22, 2011

A glimpse of 6 years us

Kutulis ini saat gelap mulai menjelang di pusat Jakarta. Kopaja yang kunaiki melaju liar di antara padatnya kendaraan sepanjang jalan Sudirman menuju Thamrin. Sesekali kondektur edan ini berteriak lancang memaki. Beuhhh... Gerah dan ricuh sekali perjalanan ini. Berbanding lurus dengan ricuhnya perjalanan cintaku dengan pria gendut yang sedang sibuk di bilangan Cilandak sana. Perjalanan yang dimulai tepat enam tahun lalu. Senyumku terkembang mengingatnya.

Hari ini enam tahun yang lalu, tepat di waktu ini, kami berjanji untuk meniti jalan bersama. Janji yang sejujurnya dengan sangat susah payah kutepati. Janji yang kadang membuatku harus meredam emosi dan ketidaksabaranku yang memang kadarnya relatif lebih banyak dibanding kebanyakan orang. (Ooopppsss... Listrik padam dong di Stasiun Sudirman :D) Janji yang kadang membuatku harus berpikir seribu kali hanya untuk makan siang berdua dengan pria lain yang notabene teman lama. Janji yang membuatku bertekad untuk jadi wanita yang lebih baik dengan berbagai konsekuensi yang membatasi gerakku. Tapi toh aku senang. Enam tahun memegang janji itu aku bahagia. Aku berharap orang sibuk itu juga merasakan hal yang sama.

Bukan perkara mudah menghadapi perempuan yang bagaikan anak nakal tukang ngambek sembari tetap tersenyum, belum lagi meladeni ocehan serta pemikiran absurdku yang sialnya sering muncul di saat dia sedang lelah. Dan pastinya tidak gampang menunggu selama bertahun-tahun ini dengan kadar kesetiaan yang tetap sama kualitasnya,  Aku akui tidak akan mudah buatnya.. Tapi tetap aku berharap dia juga bahagia.

May 30, 2011

A moment in Stasiun Cikini (sebuah tulisan curhat)

Nit nut nit nuttt.. Telepon selularku bergetar. Nomor tak dikenal. Tapi sepertinya aq familiar dengan kode areanya.
"Halo.."
"Shan, lg dmana kau?" suara bapak bapak dengan logat yang sangat kukenal.
"Cikini" sahutku datar. Siapa ya ini? Otakku cepat berputar.
"Shan, ini Pakde, Shan. Pakde Bambang. Pakdemu. wooohh.. Sombong. Nggak boleh gitu nyautinnya" gerutuannya langsung keluar bagai kuda lepas kandang.
Alamaaaak jaaann, pantes rasanya aq kenal suara ini.
***

Itulah kali pertama aq berbicara dengan Pakde Bambang setelah hampir 3 tahun hanya bertukar pesan selamat hari raya. Pak gedhe abang almarhumah mama. Orang yang telaten meladeni tangisku saat ditinggal main kakak sepupuku yang notabene anak sulungnya. Orang yang selalu jadi figur ayah jempolan, berbudi bahasa, dihormati orang sekota. Bertolak belakang dengan ayahku yang urakan khas pria Sumatera. Orang yang selalu mbengok-mbengok memanggil lewat pintu belakang rumah hanya untuk makan kepiting lada hitam hasil olahannya. Orang yang keras tapi sangat sensitif. Takkan kulupa tangisan pilunya saat eyang kung ku meninggal, begitu juga saat mamaku berpulang. Itulah Pakdeku, Pakde Bambangku.
Segudang emosi membuncah saat aku menyimak perkataannya. Segudang memori langsung berputar di mataku, bagaikan putaran roll film di bioskop. Sedih mengingat aku bukan lagi gadis cilik yang selalu diajak pulang ke rumah pabrik dengan vespa PXnya. Sedih mengingat aku tak lagi punya kesempatan mencabuti jenggotnya. Pasti cucunya yg mengambil alih tugas itu. Senang karena tau beliau masih sangat concern padaku dan adik-adikku. Kesal karena dia berpikiran aq sudah melupakannya. Padahal dia tak tau bahwa aq sering kali bercerita tentang dia, tentang keluarga Singkawangku pada pacar. Senang karena.. Ahh.. Aq punya ribuan alasan untuk senang, sedih dan kesal saat itu. Dan tanpa babibu airmataku berlinangan. Beberapa calon penumpang yang turut menunggu di peron dua stasiun cikini mulai melirik penuh ingin tau. Tapi siapa peduli. Dan setelah menit-menit percakapan emosional itu, klakson kereta terdengar memekakkan telinga. Calon penumpang mulai liar merangsek dan melipir hingga pinggir peron. Akupun pamit.
”hati-hati yo, nduk” sahutnya saat menutup telepon.
Dan hatiku mencelos entah kemana. I will, Pakde. I always will.

Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

February 14, 2010

Random Thought of Living Human

I was just thinking, about how we, human. Grow this fast covering almost every surface of the world, that this earth seems to meet its limit of supporting us. About how we, human. Scattered all over the world, we have to perished another God creation in need to feed our mouthes, to build us shelters.
Countinuing existence in our term is only refer to us. Human. The most honorable of God creation. There's no animal, no plant in it. Selfish.

I was just thinking, it's a shame to be human like this.

November 29, 2008

At The Coffee Shop With Friends


Kali ini saya sedang bersantai di sebuah kedai kopi favorit di salah satu pusat perbelanjaan daerah Bogor. Menunggu redanya hujan, yang sepertinya selalu datang silih berganti di kota ini. Tidak pernah bosan, bahkan untuk absen satu hari saja. Hmmm...sebenarnya ada payung tersimpan di dalam tas punggung saya yang super besar dan sedang padat isinya itu. Tapi selain payung, saya juga membawa beberapa hasil buruan yang saya dapatkan di Kober - Depok. Yup...komik!! Sengaja dalam perjalanan kali ini saya memilih ke Bogor dengan kereta api via Depok, supaya saya bisa mampir dan mengubek-ubek beberapa stand buku bekas yang ada disana demi mendapatkan komik-komik idaman. Alhasil, kali ini saya memilih duduk manis di sofa sambil membaca komik dan menyeruput caramel frappucinno. Haha..sore yang indah.
Ngomong-ngomong soal perburuan komik, saya memang senang sekali mengumpulkan komik-komik lama. Komik-komik yang menemani saya di masa kecil dulu. Komik-komik yang menjadi pelarian saat suntuk (duuhhh..anak kecil bisa suntuk juga ya ternyata?) serta menjadi pemacu semangat belajar saya. Saat itu jika nilai ulangan harian dalam seminggu bagus, saya akan mendapat bonus uang jajan tambahan untuk meminjam komik di toko buku langganan. Sekarang setelah saya memiliki uang sendiri, saya mulai mengumpulkan komik-komik yang pernah saya baca dahulu. Hitung-hitung nostalgia. Tapi selain masalah kenangan lama, dalam banyak komik yang saya baca beberapa diantaranya terselip pesan moral yang luar biasa, juga pengetahuan sejarah yang mendalam. Tengok saja Four Daughter of Armian karangan Il-Shook Shin. Cerita fiksi mengenai kehidupan putri-putri negara (fiktif) di Asia Minor yang berakar pada beberapa mitos Yunani ini juga mengetengahkan sejarah Persia dan Yunani, tak lupa diceritakan pula mengenai perang laut maha dashyat kala itu, Perang Laut Salamis. Hal serupa juga terdapat dalam Rose of Versailles dan Jendela Orpheus. Tanpa Jendela Orpheus, mungkin sampai kini saya tidak akan tahu tentang kisah harta peninggalan Tsar Nikolai Romanov yang kontroversial, tentang perjuang para Bolsheviks atau tentang dukun misterius Rasputin yang terkenal. Selain membantu saya mengingat peristiwa-peristiwa sejarah dunia, komik jugalah yang mengenalkan saya pada pemahaman hidup melalui pesan-pesan moral yang dikandungnya. Coba sesekali anda intip The Duck of Mr. Fredward atau mungkin Candy-Candy (yang mungkin sekilas terkesan cerita yang 'cewek' banget). Banyak sekali nilai-nilai kehidupan yang bisa dicerna, bahkan oleh pikiran yang begitu muda seperti para remaja. Saya lebih menyarankan komik-komik seperti ini untuk dibaca oleh generasi muda dibandingkan cerita-cerita dalam seri Harlequin ataupun Goosebump.
Komik-komik ini memang sangat mudah mencuri perhatian para kutu buku seperti saya. Tapi untuk mengumpulkannya itu lain cerita. Bermacam cara sudah saya coba untuk melengkapi koleksi komik-komik lama saya. Dari searching di google, menyambangi toko buku bekas di mal-mal, pesan pada pemilik toko buku, sampai mengubrak-abrik sendiri lapak-lapak buku bekas di kawasan Terminal Senen. Tapi yang terakhirlah yang membawa kepuasan tersendiri. Betapa tidak, walaupun harus bermandi keringat dan bersusah payah mengontrol keseimbangan di lorong-lorong super sempit dengan tumpukan buku setinggi atap rumah di kiri kanannya, harga buku di sini bisa mencapai lebih dari separuh harga komik yang dijual online oleh beberapa penjual. Selain itu pilihannya pun banyak. Dari yang kondisinya bulukan, kuning dengan stempel dan coretan dimana-mana, sampai yang masih mulus dan kaku tersampul plastik. Asal fisik anda kuat, hasil yang anda dapatkan akan sangat memuaskan. Terakhir kali saya berkunjung ke lapak di Terminal Senen minggu lalu, saya mendapatkan beberapa nomor awal Crystal Dragon, Jendela Orpheus dan Peppermint Age dalam kondisi yang excellent. Tersampul plastik, mulus dan tanpa coretan. Hanya saja, mengingat buku-buku ini sudah berusia minimal 7 tahun, wajar saja jika kertasnya sudah menguning.
Bagi anda yang juga berminat mengumpulkan kembali buku-buku lama via online, berikut beberapa tips yang bisa saya bagi:
  • Manfaatkan google, mesin pencari ini sangat sakti. dengan menggunakan beragam kombinasi kata kunci anda akan mendapatkan beberapa tempat yang menjual atau mungkin sekedar memberikan jejak keberadaan buku idaman anda. Nah, follow-uplah informasi yang anda dapatkan itu dengan bijak.
  • Pilihlah penjual online yang memiliki banyak tanggapan positif dari pembelinya. Kalau perlu hubungi si penjual secara langsung melalui telepon. Hindari penjual yang masih sepi, ini untuk menghindarkan anda dari penipuan.
  • Gali informasi detil atas buku yang akan anda beli secara online. Tanyakan pada penjualnya mengenai kondisi buku, apakah ada cacat, sobek, stempel bekas dan sebagainya. Minta juga beberapa foto yang up-close.
  • Buatlah janji bahwa barang dapat dikembalikan jika kondisinya tidak sesuai dengan yang dideskripsikan sebelumnya.
Bagi anda yang memilih untuk mencari sendiri buku-buku lama yang anda inginkan, khususnya di tempat-tepat khusus penjualan buku bekas seperti di Terminal Senen, JaCC, ataupun Kober-Depok mudah-mudahan informasi berikut dapat membantu:
  • Buatlah daftar buku (atau komik) yang masih harus dilengkapi. Ini menghindarkan anda dari pembelian ganda yang mubazir, kecuali anda memang sengaja mencari buku yang sama dengan tujuan memperbaiki kualitas koleksi anda.
  • Isi perut anda secukupnya. Aktivitas yang akan anda lakukan tergolong cukup berat. Jangan sampai penyakit maag mengunjungi anda saat sedang asyik memilah buku. Selain itu daerah yang anda kunjungi tidak hazard-free (hehe..berlebihan) imunitas yang rendah memudahkan anda terjangkit penyakit nantinya.
  • Bawa uang tunai secukupnya karena ATM jauh.
  • Kenakan pakaian yang nyaman dan tidak mencolok. Lupakan dulu rencana show off celana dalam berlabel calvin klein dengan mengenakan jeans hipster super ketat. Anda hanya akan menjadi bahan teriakan pria-pria bertampang sangar. Tak ada pria ganteng di sana. Selain itu daerah seperti itu rata-rata panas karena tidak ada AC. Namanya saja lapak-lapak.
  • Mind your belonging, termasuk plastik-plastik belanjaan anda yang lain. Kejahatan bisa terjadi bukan hanya karena niat, tapi juga karena ada kesempatan.
  • Buatlah rute pencarian yang teratur. Kecuali anda sudah hapal betul lokasi perburuan. Semua lapak terlihat serupa. Dengan keteraturan menghindarkan anda dari mengubrak-abrik tempat yang sama.
  • Telitilah semua buku yang anda peroleh. Pilihlah yang kualitasnya paling bagus. Jangan takut tidak akan mendapatkan yang lebih baik dari yang anda harapkan. Untuk buku-buku lama, bukalah buku, jangan sampai ada halaman yang terlepas dari jilidannya.