November 30, 2008
What do i got all of these years?
November 29, 2008
At The Coffee Shop With Friends
Kali ini saya sedang bersantai di sebuah kedai kopi favorit di salah satu pusat perbelanjaan daerah Bogor. Menunggu redanya hujan, yang sepertinya selalu datang silih berganti di kota ini. Tidak pernah bosan, bahkan untuk absen satu hari saja. Hmmm...sebenarnya ada payung tersimpan di dalam tas punggung saya yang super besar dan sedang padat isinya itu. Tapi selain payung, saya juga membawa beberapa hasil buruan yang saya dapatkan di Kober - Depok. Yup...komik!! Sengaja dalam perjalanan kali ini saya memilih ke Bogor dengan kereta api via Depok, supaya saya bisa mampir dan mengubek-ubek beberapa stand buku bekas yang ada disana demi mendapatkan komik-komik idaman. Alhasil, kali ini saya memilih duduk manis di sofa sambil membaca komik dan menyeruput caramel frappucinno. Haha..sore yang indah.
- Manfaatkan google, mesin pencari ini sangat sakti. dengan menggunakan beragam kombinasi kata kunci anda akan mendapatkan beberapa tempat yang menjual atau mungkin sekedar memberikan jejak keberadaan buku idaman anda. Nah, follow-uplah informasi yang anda dapatkan itu dengan bijak.
- Pilihlah penjual online yang memiliki banyak tanggapan positif dari pembelinya. Kalau perlu hubungi si penjual secara langsung melalui telepon. Hindari penjual yang masih sepi, ini untuk menghindarkan anda dari penipuan.
- Gali informasi detil atas buku yang akan anda beli secara online. Tanyakan pada penjualnya mengenai kondisi buku, apakah ada cacat, sobek, stempel bekas dan sebagainya. Minta juga beberapa foto yang up-close.
- Buatlah janji bahwa barang dapat dikembalikan jika kondisinya tidak sesuai dengan yang dideskripsikan sebelumnya.
- Buatlah daftar buku (atau komik) yang masih harus dilengkapi. Ini menghindarkan anda dari pembelian ganda yang mubazir, kecuali anda memang sengaja mencari buku yang sama dengan tujuan memperbaiki kualitas koleksi anda.
- Isi perut anda secukupnya. Aktivitas yang akan anda lakukan tergolong cukup berat. Jangan sampai penyakit maag mengunjungi anda saat sedang asyik memilah buku. Selain itu daerah yang anda kunjungi tidak hazard-free (hehe..berlebihan) imunitas yang rendah memudahkan anda terjangkit penyakit nantinya.
- Bawa uang tunai secukupnya karena ATM jauh.
- Kenakan pakaian yang nyaman dan tidak mencolok. Lupakan dulu rencana show off celana dalam berlabel calvin klein dengan mengenakan jeans hipster super ketat. Anda hanya akan menjadi bahan teriakan pria-pria bertampang sangar. Tak ada pria ganteng di sana. Selain itu daerah seperti itu rata-rata panas karena tidak ada AC. Namanya saja lapak-lapak.
- Mind your belonging, termasuk plastik-plastik belanjaan anda yang lain. Kejahatan bisa terjadi bukan hanya karena niat, tapi juga karena ada kesempatan.
- Buatlah rute pencarian yang teratur. Kecuali anda sudah hapal betul lokasi perburuan. Semua lapak terlihat serupa. Dengan keteraturan menghindarkan anda dari mengubrak-abrik tempat yang sama.
- Telitilah semua buku yang anda peroleh. Pilihlah yang kualitasnya paling bagus. Jangan takut tidak akan mendapatkan yang lebih baik dari yang anda harapkan. Untuk buku-buku lama, bukalah buku, jangan sampai ada halaman yang terlepas dari jilidannya.
November 27, 2008
A Glimpse of Photography For Real Dummies Like Me
- Tetapkanlah budget anda. Sesuaikan dengan kemampuan serta kebutuhan. Akan selalu ada kamera dengan spec yang lebih canggih jika anda terlalu fleksible, dan hal ini akan membuat anda tambah pusing dalam menentukan pilihan. Foto yang bagus bukan melulu dikarenakan oleh kamera yang super canggih. It's always the man behind the gun.
- Cari info tips dan trik dari internet. Manfaatkan google dan fotografer.net untuk membantu anda mendapatkan inspirasi sekaligus belajar lebih cepat dari pengalaman orang-orang yang sudah lebih dahulu berkecimpung di dunia ini. Dari google anda juga bisa searching buku-buku fotography yang dapat diunduh secara gratis.
- Bawa kamera anda kemana saja. Ini memudahkan anda mengabadikan momen-momen menarik yang bisa muncul kapan saja tanpa terduga. Ini juga akan sangat membantu dalam melatih intuisi.
- Jangan meremehkan hal-hal biasa yang ada di sekitar kita. Apa yang terlihat dari mata bisa terlihat begitu berbeda dari balik kamera. Cobalah mengeksplorasi lingkungan sekitar, dan anda akan terkejut-kejut melihat betapa dramatisnya tumpukan pakaian anda yang beraneka macam warna itu. Haha..
- Baca buku manual. Menurut beberapa sumber yang saya baca dari internet, membaca buku manual akan sangat membantu anda mengenali alat yang anda miliki. Dengan begitu akan memudahkan anda melakukan setting saat akan mengambil gambar. Saya pribadi memang belum pernah memiliki kamera SLR, tetapi belajar dari pacar saya, sepertinya pendapat ini ada benarnya. Kamera (SLR) tidak sesederhana kamera digital biasa (baca : prosumer) dan atau kamera handphone. Banyak sekali tombol dan setting yang harus dilakukan sebelum mengambil gambar. Jika belum familiar maka akan sangat menyulitkan.
- Jangan takut bereksperimen. Ayo, keluarlah dari zona aman anda. Buat foto sebanyak-banyaknya dari berbagai macam sudut pengambilan, dari beragam objek dan momen yang ditemui, serta dari bermacam setting yang bisa dilakukan. Kalau perlu pamerkan kepada rekan, pajang sebagai wallpaper/screensaver di komputer kantor atau tampilkan di situs-situs komunitas fotography. Lupakan sejenak rasa malu atau kecil hati saat menuai beragam kritik. Anda akan mendapatkan kursus singkat dan cara pandang baru dalam mendapatkan foto yang ok.
- Tripod. Tidak semua orang dikaruniai genggaman tangan yang steady. Apalagi untuk pemula yang mungkin memegang kamera di depan umum saja masih menganggapnya beban tersendiri, genggaman tangannya sangat mungkin belum mantap. Hal ini tentu sangat berpengaruh pada kualitas gambar yang dihasilkan. Untuk itu bantuan tripod akan sangat diperlukan.
November 26, 2008
A Glance Back to The Memory of The First Encounter to Love
Sejauh saya bisa mengingat, hanya ada seorang saja yang menjadi objek cinta monyet dalam daftar percintaan saya yang memang tidak panjang. Dan anak muda yang beruntung (??) itu adalah teman bermain saya semasa kecil. Dia memang tidak asing lagi bagi saya karena ayah kami berteman dan kebetulan mereka sama-sama orang sumatera. Entah karena merasa senasib di perantauan atau karena memang rumah kami yang dekat, ayah kami sering saling bergantian memberikan kunjungan. Hal ini memberikan kesempatan kami untuk berkenalan dan menjalin pertemanan. Bermain sengejaran bulan (kejar-kejaran mengumpulkan musuh dalam lingkaran sebagai temboknya-red), galah kepung, betapok (petak umpet-red) bahkan lompat tali bersama anak-anak kampung lainnya adalah hal yang biasa kami lakukan. Setelah kami SMP, frekuensi pertemuan kami lebih sering karena kami pergi ke sekolah bersama-sama. Menaiki sepeda masing-masing dan bercanda sambil berlomba-lomba menaiki tanjakan dengan ayah kami mengikuti di belakang di atas vespa masing-masing menjadi rutinitas. Sore hari saya dan dia bertemu lagi dalam perjalanan menuju aktivitas ekstrakulikuler di sekolah masing-masing (dia bersekolah di tsanawiyah khusus laki-laki) dan berjanji akan pulang bareng. Kadang saat kegiatan les saya selesai lebih cepat, saya menonton dia berlatih silat. Atau kami bermain badminton di lapangan sekolah orang lain. Dia satu-satunya teman pria yang dipercayai ayah saya. Kalau sudah bilang "sama Toto, Pa", ayah saya yang puritan (heu..heu..Sorry Dad) dan overprotected itu akan mengangguk tanpa banyak tanya. Dia juga yang membuat saya boleh naik sepeda ke sekolah (walaupun ayah saya tanpa bosan selalu menemani sepanjang perjalanan dan jika terpaksa melepaskan kami akan memberikan wejangan yang panjang tentang tata cara berkendara yang baik di jalan raya). Sangat menyenangkan memiliki teman yang bisa diajak main apa saja dan selalu melindungi.
Sampai suatu saat dalam masa penantian kelulusan ujian akhir SMP. Entah kenapa tiba-tiba saya jadi selalu menunggu sore hari. Jam tidur siang menjadi terasa begitu panjang dan menyiksa. Saya tidak lagi bisa cuek saja pergi bermain badminton dengan t-shirt bulukan dan tentu saja minus mandi. Jika si mbak belum menyeterika kaus andalan, saya akan marah-marah tidak karuan sampai waktunya berangkat untuk bermain badminton. Tiba-tiba saya jadi sering memperhatikan figur dan senyumnya. Dan saya baru menyadari betapa dia sudah jauh lebih tinggi dari saya. Dan ternyata kulitnya jauh lebih putih dari saya (yang membuat saya sebal jika melihat kedua adik saya yang memang mewarisi kulit putih mulus Mama. Kenapa saya malah mendapat kulit si papa sih, gerutu saya dalam hati kala itu). Dan ternyata senyumnya yang merupakan paduan ramah, flirty dan sinis itu begitu digandrungi teman-teman sebaya lain. Dan ternyata dia lebih keren mengenakan seragam pramuka dibanding saat mengenakan celana jins dan kaus bulukan favoritnya. Saya jadi getol melakukan observasi atas diri dan kelakuannya. Jika dia ternyata tidak bisa berlatih badminton bersama karena ada ujian kenaikan tingkat di kelompok silatnya saya jadi overanalized. Jangan-jangan dia tidak suka lagi bermain bersama saya, jangan-jangan dia bosan dan menemukan teman baru yang lebih cantik dan tidak merepotkannya dengan berbagai pertanyaan seperti saya, serta sejuta jangan-jangan lainnya.
Perasaan saya padanya yang semula simpel menjadi begitu kompleks dan menyiksa. Tapi bahkan dalam usia belia saya tahu bahwa saya menikmatinya. Menikmati perasaan deg-degan, berbunga-bunga serta cemas yang aneh yang belum pernah saya rasakan sebelumnya. Tapi saya tidak melakukan apa-apa. Karena kala itu saya tidak tahu harus berbuat apa. Sampai tiba saatnya kami harus berpisah (karena saya diterima di sebuah SMU unggulan yang mengharuskan saya masuk asrama dan dia juga melanjutkan sekolahnya di Medan, mengikuti keinginan ayahnya untuk kembali ke kota asal keluarga mereka) saya tetap tidak melakukan apa-apa. Kami hanya bertukar foto dan janji untuk tetap melanjutkan persahabatan via surat menyurat.
Kenangan akan dirinya dan hari-hari masa kecil kami perlahan memudar, tapi tidak menghilang. Terselip rapi di antara ribuan kenangan hidup saya. Jika saya tersenyum mengenang kenakalan masa kecil, hampir bisa dipastikan dia berlarian diantaranya.
===================
"Holy Saint Francis, what a change is here!
So soon forsaken? young men's love then lies
Romeo and Juliet, Act 2 Scene 3, William Shakespeare
Mobile Blogging Part II
November 20, 2008
A Note After A Horrible Storm
Di atas adalah sepenggal refrain lagu "Jadi Milikmu (Crazy)" milik Anggun, penyanyi asal Indonesia yang sekarang melanglang buana di blantika musik dunia. Well, entah kenapa saya memang kurang update jika sudah menyangkut 'lagu Indonesia' (yang langsung terngiang-ngiang di telinga adalah lagu-lagu cengeng gak jelas milik PP or STxx. Haha..) jadi saya tidak tahu pasti kapan lagu ini mulai dirilis, tapi yang jelas dalam sehari sudah lima kali saya mendengarnya diputar di berbagai stasiun radio lokal.
You know that it's true
Promised you the world that go crazy for you
It's all about you
Everything you do makes me crazy for you
For you
Proloque
Hhooaahhmm..
*menguap lebar tanpa menutup mulut versi abang tukang ojek slipi*
Fyuuuhh, minggu-minggu sibuk usai sudah. Nganggur lagi deh eijk. Haha!! Nyari-nyari kerjaan di laci meja, ehh..udah gak ada. Kalo gak ketak ketik ntar si Boss ngirain gue gak punya kerjaan (lha bukannya iya..). Alhasil nyobain blogging di Wordpress. Walaupun sebenarnya males banget punya dua blog, capek ngurusnya bo'. Lebih enak semua dikumpulin di satu blog. Jadi utuh n gak terkotak-kotak. Kecuali kalo ntar gue tergerak untuk bikin satu blog lagi untuk nampung tulisan yang serius (baca : profesional) misalnya pajak (duhh..) atau soapmaking. But..hei hei..it's a good idea kan? Bikin blog untuk nampungin hal-hal yang memang merupakan keahlian kita. Itung-itung berbagi ilmu. (mulia sekali, Nak..(^^)V )
Yayaya..blog ini ada hanya karena gue pengen coba-coba aja. Tapi gue berharap I have something to write on so this unessential can turn backway. Tunggu aja yak.
November 14, 2008
Phenomenal Woman
Men themselves have wondered
Phenomenally.
Now you understand
Maya Angelou
The Title
The title -nama belakang- sering menjadi bahan angan-angan kaum wanita, bahkan sejak kami masih remaja. Mungkin beberapa diantara kita masih ingat saat naksir teman sekelas waktu SMA (ada yang SMP sudah mulai naksir-naksiran malah) dan membayangkan angan-angan romantis seperti dalam film (Snow White adalah salah satu yang sangat inspiratif kala itu) dan membayangkan bisa live happily ever after lengkap dengan scene pernikahan yang meriah dan bahkan anak-anak yang cantik dan menggemaskan, dan seorang teman (biasanya rival di kelas) menyapa "Hai, Nyonya X, lama gak berjumpa..". Hahaha...khayalan yang bisa membuat senyum terkembang seharian.
Beranjak dewasa, the title ini pun masih kerap menjadi hot topic, seringnya saat sedang kumpul-kumpul membahas urusan cinta dan tetek bengeknya. Gerombolan saya pun tidak ketinggalan. Gerombolan yang seringnya berjumlah empat orang berusia kisaran 25-28 tahun inipun sudah beberapa kali menjadikan hot topic ini sebagai bahan pembicaraan seru. Mengenang nama-nama pria yang saat itu kami anggap akan menjadi nama belakang kami. Membahas betapa tidak cocoknya sebuah nama yang (kami anggap) norak untuk disandingkan dengan nama kami yang berbau metropolis dan tak lupa..menebak-nebak (dengan berbagai metode dan pendekatan yang tidak ilmiah sama sekali) nama belakang apa yang akan kami sandang nantinya.
Saya sendiri? Hehe..to be honest, saya sama seperti rekan wanita lain kok. Walaupun tampilannya cuek dan jutek seolah tak butuh pria untuk menjalani hari ini, but deep down inside kadang sisi wanita saya (yang gak penting seperti ini) muncul juga. Kadang saya membayangkan saat dimana nama belakang yang saya sandang bukan lagi Bazar -nama ayah saya, hehe..aneh ya?- tapi deCarlo (nama samaran ding..haha..gak pede ahh menuliskan namanya disini). Anty deCarlo. It isn't that bad, is it? Haha..If it really happen, I'm the luckiest woman ever.
"Hi, Mrs. deCarlo..long time no chat. How are you both? Your husband's study isn't finished yet?"
"Oh, hello, Mrs. Sunarta. Well I've been busy doing soapmaking in my studio. The next bazaar is soon to come, and I have to make some stocks. deCarlo's will graduate next year but he plans to stay and have another scholarship for his Ph.D. Humm..how're you doing? How bout your boutique and saloon? I've heard it makes some admirer. How bout your children?"
* I have this phone call from my BFF while watching nice scene of my backyard in Province-France*
==================
I want the title
I wanna be known as your girl
I wanna kick it wit you like your best friend
So let a girl come in your world
I wanna be your lady
(Ciara - The Title)
November 13, 2008
The Day We Saw Weird Couple
Sampai di GI, saya langsung membeli dua cup frappucino dari Starbucks dan bergegas menemui sahabat yang ternyata sudah menunggu di lobi theater. Seperti biasa, jika kami bertemu selalu saja muncul aura antusiasme saat dengan tak sabaran bergantian menceritakan pengalaman hari itu. Setelah sekian kisah diceritakan dan setelah sekian kalinya bolak balik mengambil katalog-katalog film, akhirnya kami gelisah sendiri. Kok pintu teater 6 belum dibuka yah? Kok belum ada tanda-tanda antrian yah? Kok gak ada spanduk-spanduk program seperti saat jifFest yah? Dan bermacam-macam "kok" yang lain. Arrrggghhhh.. Dan akhirnya kami memutuskan untuk mengawali antrian itu. Huhhh...
Tuh kan benar..saat kami ngantri (paling depan dong, namanya juga pioneer) ehhh, orang-orang pun ikutan berkerumun. Seperti laron saja (seharusnya kan seperti bebek, berbaris satu-satu)Nah, saat kami sedang cekakak cekikik menertawakan entah kisah apa, tiba-tiba terdengar suara pria mendesah "Sayang, harusnya kamu gak usah makan malam. Tuh lihat kamu jadi rada gendut" Dan emang dasar wanita reseh yang pengen tau aja, saya pun mencoba melirik apa yang terjadi tepat di belakang punggungku. Eng ing eng.. Sepasang manusia (cuhh bahasanya) sedang bermesraan dengan si pria merangkul si wanita dari belakang, dan tangannya dengan ramah menjalar kemana-mana. Hiiiiyyy..seram. Herannya si wanita terlihat santai saja. Keagresifan si pria pun tak berhenti samapi disitu. Dengan ujung ekor mata, saya sempat melihat sekilas mereka saling mendaratkan ciuman di wajah masing-masing. Huh..apa mereka baru jadian ya? Well, to be honest saya juga pernah ada di posisi 'baru jadian' dan sangat mahfum dengan perasaan yang sangat intens seperti itu. But in front of the public? Big no no deh. Dan saya sangat bersyukur pacar saya adalah pria yang sangat pandai menjaga diri saya bahkan dari dirinya sendiri. Nah adegan ini berlangsung kira-kira 15 menit sampai pintu teater dibuka. Saat itu saya langsung kabur mencari tempat duduk paling atas dan paling tengah sambil berharap pasangan aneh tak tahu malu itu tidak mengambil posisi di dekat kami. Fyyyuuhh..males aja jika sedang enak-enak nonton tiba-tiba ada ada suara aneh "Sayang,.."
Film yang kami tonton benar-benar bagus. Film yang menceritakan kisah pergolakan politik Brasil dari mata seorang anak laki-laki. Penuh arti dengan sentuhan kejenakaan anak kecil. Kami keluar teater dengan senyum puas, sambil sesekali berangkulan dan berkata "Sayang.." (hehe..)
November 10, 2008
Me and My BFF
November 07, 2008
Friday I'm in Trouble
Kadang saya membayangkan jika saya mengambil pilihan yang berbeda hari itu, pasti yang saya (dan dia) jalani akan berbeda dengan yang kami jalani saat ini. Hari jumat akan (tetap) menjadi hari sibuk (karena harus menyelesaikan banyak hal yang menjadi target minggu ini) sekaligus hari yang dinanti-nanti dengan penuh semangat. Betapa tidak, dua hari yang akan datang akan kami jalani bersama. Jalan-jalan, nonton, ngopi di kafe sambil membahas banyak hal. Atau malah sibuk mengurusi teman-teman (yang entah kenapa jadi getol bolak-balik ke Jakarta) dan keluarga (saya). Atau (ini sebenarnya yang jadi favorit kami berdua) seharian di rumah, ngemil, nonton DVD, main monopoli (yang selalu bikin saya pundung karena kalah melulu), bicara ngalor-ngidul tentang topik-topik yang penting sampai yang remeh temeh, dan tidak lupa tidur siang yang panjang. Ahhh...betapa saya selalu menikmati setiap saat yang saya lalui bersamanya. Terbayang juga saat-saat sulit yang pernah kami lalui. Bertengkar lewat telepon, sms bahkan email. Tapi toh kami selalu menemukan jalan rekonsiliasi. Komitmennya atas hubungan ini selalu bisa meredakan kemarahan saya, dan begitu juga dia. Kepercayaannya pada saya selalu membuat saya enggan mencari-cari masalah. Teringat juga kejadian hari itu, dimana pikiran saya seperti sebuah kamar kontrol dengan ribuan layar monitor dimana-mana, hanya saja semua menunjukkan gambar yang sama, sepasang kaki terbungkus sandal kamar. Dan tiba-tiba airmata saya mengalir tanpa aba-aba, persis seperti saat saya ke bandara hari itu. Membuat panik supir taksi yang saya tumpangi. And all those memories so cruel n harsh keep coming back in to my mind, moreover in friday.
Kadang juga saat sensasi aneh ini begitu menggelora, membuat hati saya seolah mencelos pindah ke perut, bahkan membuat saya lupa dimana meletakkan otak saya, saya berpikir kapan masa depan itu tiba. Saya ingin tahu apakah di masa itu hari jumat masih mendatangkan perasaan galau yang sama. Saya ingin tahu apakah akhirnya saya bisa mengingat hari jumat itu dengan tersenyum. Saya ingin tahu apakah saya bahagia dan menjadi bahagia karena pilihan saya di hari itu. Saya ingin segera tahu, karena kadang saya pikir saya tidak kuat lagi.
Setiap hari Jumat saat orang-orang selesai sholat, saya selalu termangu-mangu sendiri. Seperti penderita DBD yang terkena serangan demam berkala. Tapi sayang penyakit saya kali ini entah apa obatnya. Bisa jadi racun (ya olohhh...) atau dukun (hmm..)
=================
Action may not always bring happiness, but there is no happiness without action. (Benjamin Disraeli)
November 03, 2008
Daydreaming of Miracle
Pada seorang sahabat saya pernah berkata "Saya menginginkan sesuatu, yang hanya dengan keajaiban saya bisa mendapatkannya". Dan hari Sabtu yang lalu sesuatu yang penting kembali terjadi, sebuah keajaiban, jika bisa dikatakan begitu. Saya diberi kesempatan untuk bisa menambah satu lagi lembar kenangan manis untuk diingat sampai hari tua, untuk dapat melihat lagi nuansa coklat muda yang selalu bisa menyalakan lilin di hati saya. Kecil, namun indah dan hangat. Bisa merasakan kehadirannya yang akan selalu menemani di dalam hati, merasakan betapa diri saya berarti untuknya. It's a miracle to me. And again I realized how lucky I am. For I am blessed having a chance to love n to be loved. By him.
Dan sekarang setelah hari yang indah itu berlalu dengan sangat cepat, pernah hati saya bertanya-tanya apakah artinya, apa maksudnya. Apakah itu keajaiban yang menjawab doa saya? Tapi sebenarnya jawaban atas itu menjadi tidak penting lagi. Saya tahu selalu ada keajaiban dalam setiap langkah saya. Yang harus saya lakukan hanya mempercayainya.
Hhhh...kehidupan selalu penuh arti. Itulah kenapa butuh kesabaran untuk menjalani. Jika satu episode saja di-skip, maka hilanglah maknanya.
=================
If you have love in your life it can make up for a great many things you lack. If you don't have it, no matter what else there is, it's not enough. Ann Landers (1918 - 2002)