Sejak sebulan yang lalu saya selalu termangu-mangu sendiri setiap hari jumat saat orang-orang selesai sholat jumat. Masih terkenang-kenang kejadian di jumat terakhir bulan ramadhan kemarin yang selalu kembali mengisi kepala saya seperti film yang diputar berulang-ulang. Memberikan sensasi yang aneh. Saya seperti penderita DBD yang menderita demam berkala.
Kadang saya membayangkan jika saya mengambil pilihan yang berbeda hari itu, pasti yang saya (dan dia) jalani akan berbeda dengan yang kami jalani saat ini. Hari jumat akan (tetap) menjadi hari sibuk (karena harus menyelesaikan banyak hal yang menjadi target minggu ini) sekaligus hari yang dinanti-nanti dengan penuh semangat. Betapa tidak, dua hari yang akan datang akan kami jalani bersama. Jalan-jalan, nonton, ngopi di kafe sambil membahas banyak hal. Atau malah sibuk mengurusi teman-teman (yang entah kenapa jadi getol bolak-balik ke Jakarta) dan keluarga (saya). Atau (ini sebenarnya yang jadi favorit kami berdua) seharian di rumah, ngemil, nonton DVD, main monopoli (yang selalu bikin saya pundung karena kalah melulu), bicara ngalor-ngidul tentang topik-topik yang penting sampai yang remeh temeh, dan tidak lupa tidur siang yang panjang. Ahhh...betapa saya selalu menikmati setiap saat yang saya lalui bersamanya. Terbayang juga saat-saat sulit yang pernah kami lalui. Bertengkar lewat telepon, sms bahkan email. Tapi toh kami selalu menemukan jalan rekonsiliasi. Komitmennya atas hubungan ini selalu bisa meredakan kemarahan saya, dan begitu juga dia. Kepercayaannya pada saya selalu membuat saya enggan mencari-cari masalah. Teringat juga kejadian hari itu, dimana pikiran saya seperti sebuah kamar kontrol dengan ribuan layar monitor dimana-mana, hanya saja semua menunjukkan gambar yang sama, sepasang kaki terbungkus sandal kamar. Dan tiba-tiba airmata saya mengalir tanpa aba-aba, persis seperti saat saya ke bandara hari itu. Membuat panik supir taksi yang saya tumpangi. And all those memories so cruel n harsh keep coming back in to my mind, moreover in friday.
Kadang juga saat sensasi aneh ini begitu menggelora, membuat hati saya seolah mencelos pindah ke perut, bahkan membuat saya lupa dimana meletakkan otak saya, saya berpikir kapan masa depan itu tiba. Saya ingin tahu apakah di masa itu hari jumat masih mendatangkan perasaan galau yang sama. Saya ingin tahu apakah akhirnya saya bisa mengingat hari jumat itu dengan tersenyum. Saya ingin tahu apakah saya bahagia dan menjadi bahagia karena pilihan saya di hari itu. Saya ingin segera tahu, karena kadang saya pikir saya tidak kuat lagi.
Setiap hari Jumat saat orang-orang selesai sholat, saya selalu termangu-mangu sendiri. Seperti penderita DBD yang terkena serangan demam berkala. Tapi sayang penyakit saya kali ini entah apa obatnya. Bisa jadi racun (ya olohhh...) atau dukun (hmm..)
=================
Action may not always bring happiness, but there is no happiness without action. (Benjamin Disraeli)
Kadang saya membayangkan jika saya mengambil pilihan yang berbeda hari itu, pasti yang saya (dan dia) jalani akan berbeda dengan yang kami jalani saat ini. Hari jumat akan (tetap) menjadi hari sibuk (karena harus menyelesaikan banyak hal yang menjadi target minggu ini) sekaligus hari yang dinanti-nanti dengan penuh semangat. Betapa tidak, dua hari yang akan datang akan kami jalani bersama. Jalan-jalan, nonton, ngopi di kafe sambil membahas banyak hal. Atau malah sibuk mengurusi teman-teman (yang entah kenapa jadi getol bolak-balik ke Jakarta) dan keluarga (saya). Atau (ini sebenarnya yang jadi favorit kami berdua) seharian di rumah, ngemil, nonton DVD, main monopoli (yang selalu bikin saya pundung karena kalah melulu), bicara ngalor-ngidul tentang topik-topik yang penting sampai yang remeh temeh, dan tidak lupa tidur siang yang panjang. Ahhh...betapa saya selalu menikmati setiap saat yang saya lalui bersamanya. Terbayang juga saat-saat sulit yang pernah kami lalui. Bertengkar lewat telepon, sms bahkan email. Tapi toh kami selalu menemukan jalan rekonsiliasi. Komitmennya atas hubungan ini selalu bisa meredakan kemarahan saya, dan begitu juga dia. Kepercayaannya pada saya selalu membuat saya enggan mencari-cari masalah. Teringat juga kejadian hari itu, dimana pikiran saya seperti sebuah kamar kontrol dengan ribuan layar monitor dimana-mana, hanya saja semua menunjukkan gambar yang sama, sepasang kaki terbungkus sandal kamar. Dan tiba-tiba airmata saya mengalir tanpa aba-aba, persis seperti saat saya ke bandara hari itu. Membuat panik supir taksi yang saya tumpangi. And all those memories so cruel n harsh keep coming back in to my mind, moreover in friday.
Kadang juga saat sensasi aneh ini begitu menggelora, membuat hati saya seolah mencelos pindah ke perut, bahkan membuat saya lupa dimana meletakkan otak saya, saya berpikir kapan masa depan itu tiba. Saya ingin tahu apakah di masa itu hari jumat masih mendatangkan perasaan galau yang sama. Saya ingin tahu apakah akhirnya saya bisa mengingat hari jumat itu dengan tersenyum. Saya ingin tahu apakah saya bahagia dan menjadi bahagia karena pilihan saya di hari itu. Saya ingin segera tahu, karena kadang saya pikir saya tidak kuat lagi.
Setiap hari Jumat saat orang-orang selesai sholat, saya selalu termangu-mangu sendiri. Seperti penderita DBD yang terkena serangan demam berkala. Tapi sayang penyakit saya kali ini entah apa obatnya. Bisa jadi racun (ya olohhh...) atau dukun (hmm..)
=================
Action may not always bring happiness, but there is no happiness without action. (Benjamin Disraeli)
No comments:
Post a Comment