Hari Selasa yang lalu saya dan seorang sahabat janjian mengikuti program free indie movie yang diputar di Blitz Megaplex Grand Indonesia. Film yang diputar hari itu judulnya "The Year My Parents Went On Vacation". Entah karena memang menggemari film-film bergenre ini atau karena gratisannya, kami berdua begitu bersemangat. Setengah enam sore tengg, saya langsung mengucapkan selamat malam pada komputer tercinta, dan melirik dengan kurang enak hati pada gunungan file yang menumpuk di meja sebelah. Well, itu meja kepala seksi saya. Haha..Tapi saya juga butuh penghiburan. Dan menonton film indie bersama sahabat akan sangat menyenangkan. So, bye bye..
Sampai di GI, saya langsung membeli dua cup frappucino dari Starbucks dan bergegas menemui sahabat yang ternyata sudah menunggu di lobi theater. Seperti biasa, jika kami bertemu selalu saja muncul aura antusiasme saat dengan tak sabaran bergantian menceritakan pengalaman hari itu. Setelah sekian kisah diceritakan dan setelah sekian kalinya bolak balik mengambil katalog-katalog film, akhirnya kami gelisah sendiri. Kok pintu teater 6 belum dibuka yah? Kok belum ada tanda-tanda antrian yah? Kok gak ada spanduk-spanduk program seperti saat jifFest yah? Dan bermacam-macam "kok" yang lain. Arrrggghhhh.. Dan akhirnya kami memutuskan untuk mengawali antrian itu. Huhhh...
Tuh kan benar..saat kami ngantri (paling depan dong, namanya juga pioneer) ehhh, orang-orang pun ikutan berkerumun. Seperti laron saja (seharusnya kan seperti bebek, berbaris satu-satu)Nah, saat kami sedang cekakak cekikik menertawakan entah kisah apa, tiba-tiba terdengar suara pria mendesah "Sayang, harusnya kamu gak usah makan malam. Tuh lihat kamu jadi rada gendut" Dan emang dasar wanita reseh yang pengen tau aja, saya pun mencoba melirik apa yang terjadi tepat di belakang punggungku. Eng ing eng.. Sepasang manusia (cuhh bahasanya) sedang bermesraan dengan si pria merangkul si wanita dari belakang, dan tangannya dengan ramah menjalar kemana-mana. Hiiiiyyy..seram. Herannya si wanita terlihat santai saja. Keagresifan si pria pun tak berhenti samapi disitu. Dengan ujung ekor mata, saya sempat melihat sekilas mereka saling mendaratkan ciuman di wajah masing-masing. Huh..apa mereka baru jadian ya? Well, to be honest saya juga pernah ada di posisi 'baru jadian' dan sangat mahfum dengan perasaan yang sangat intens seperti itu. But in front of the public? Big no no deh. Dan saya sangat bersyukur pacar saya adalah pria yang sangat pandai menjaga diri saya bahkan dari dirinya sendiri. Nah adegan ini berlangsung kira-kira 15 menit sampai pintu teater dibuka. Saat itu saya langsung kabur mencari tempat duduk paling atas dan paling tengah sambil berharap pasangan aneh tak tahu malu itu tidak mengambil posisi di dekat kami. Fyyyuuhh..males aja jika sedang enak-enak nonton tiba-tiba ada ada suara aneh "Sayang,.."
Film yang kami tonton benar-benar bagus. Film yang menceritakan kisah pergolakan politik Brasil dari mata seorang anak laki-laki. Penuh arti dengan sentuhan kejenakaan anak kecil. Kami keluar teater dengan senyum puas, sambil sesekali berangkulan dan berkata "Sayang.." (hehe..)
Sampai di GI, saya langsung membeli dua cup frappucino dari Starbucks dan bergegas menemui sahabat yang ternyata sudah menunggu di lobi theater. Seperti biasa, jika kami bertemu selalu saja muncul aura antusiasme saat dengan tak sabaran bergantian menceritakan pengalaman hari itu. Setelah sekian kisah diceritakan dan setelah sekian kalinya bolak balik mengambil katalog-katalog film, akhirnya kami gelisah sendiri. Kok pintu teater 6 belum dibuka yah? Kok belum ada tanda-tanda antrian yah? Kok gak ada spanduk-spanduk program seperti saat jifFest yah? Dan bermacam-macam "kok" yang lain. Arrrggghhhh.. Dan akhirnya kami memutuskan untuk mengawali antrian itu. Huhhh...
Tuh kan benar..saat kami ngantri (paling depan dong, namanya juga pioneer) ehhh, orang-orang pun ikutan berkerumun. Seperti laron saja (seharusnya kan seperti bebek, berbaris satu-satu)Nah, saat kami sedang cekakak cekikik menertawakan entah kisah apa, tiba-tiba terdengar suara pria mendesah "Sayang, harusnya kamu gak usah makan malam. Tuh lihat kamu jadi rada gendut" Dan emang dasar wanita reseh yang pengen tau aja, saya pun mencoba melirik apa yang terjadi tepat di belakang punggungku. Eng ing eng.. Sepasang manusia (cuhh bahasanya) sedang bermesraan dengan si pria merangkul si wanita dari belakang, dan tangannya dengan ramah menjalar kemana-mana. Hiiiiyyy..seram. Herannya si wanita terlihat santai saja. Keagresifan si pria pun tak berhenti samapi disitu. Dengan ujung ekor mata, saya sempat melihat sekilas mereka saling mendaratkan ciuman di wajah masing-masing. Huh..apa mereka baru jadian ya? Well, to be honest saya juga pernah ada di posisi 'baru jadian' dan sangat mahfum dengan perasaan yang sangat intens seperti itu. But in front of the public? Big no no deh. Dan saya sangat bersyukur pacar saya adalah pria yang sangat pandai menjaga diri saya bahkan dari dirinya sendiri. Nah adegan ini berlangsung kira-kira 15 menit sampai pintu teater dibuka. Saat itu saya langsung kabur mencari tempat duduk paling atas dan paling tengah sambil berharap pasangan aneh tak tahu malu itu tidak mengambil posisi di dekat kami. Fyyyuuhh..males aja jika sedang enak-enak nonton tiba-tiba ada ada suara aneh "Sayang,.."
Film yang kami tonton benar-benar bagus. Film yang menceritakan kisah pergolakan politik Brasil dari mata seorang anak laki-laki. Penuh arti dengan sentuhan kejenakaan anak kecil. Kami keluar teater dengan senyum puas, sambil sesekali berangkulan dan berkata "Sayang.." (hehe..)
No comments:
Post a Comment